BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Organisasi-organisasi
(perusahaan) secara terus menerus membangun berbagai fasilitas baru dan
memperluas yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi
dalam konstruksi dan peralatan atau mesin dengan biaya yang sangat besar.
Walaupun penentuan lokasi organisasi yang tepat tidak selalu sangat penting.
Tetapi, bagaimanapun juga, penempatan fasilitas-fasilitas yang baik akan
membantu organisasi untuk meminimumkan biaya-biaya.
Disamping
itu, adanya perbedaan sukses organisasi-organisasi dan perbedaan kekuatan
dan/atau kelemahan organisasi, sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam
situasi persaingan, faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-faktor kritis
yang membuatnya sangat penting.
Pemilihan
lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan
mendapatkan lokasi dengan paling banyak
faktor-faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan “beban”
biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjag, dan ini
akan meningkatkan “daya saing” perusahaan. Dalam sektor bisnis jasa, seperti
lokasi kantor cabang bank, took-toko pengecer, pusat-pusat pelayanan kesehatan
masyarakat, dan lain-lain, bahkan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang
lebih kompleks. Di masa lain yang mungkin dihadapi perusahaan adalah perlunya
perluasan usaha; hal ini dapat dilakukan denganmemperluas pabrik yang ada
sekarang atau menempatkan pabrik baru di lain tempat.
Tanpa
perencanaan lokasi yang tepat, perusahaan dapat “tergelincir” ke dalam
perangkap-perangkap tersebut. Akibatnya, perusahaan akan beroprasi dengan tidak
efisien dan efektif. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan perlu lebih
berhati-hati dan melakukan analisis-analisis lebih baik, agar
kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat dapat diperkecil atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Makalah kali ini akan membahas secara singkat perencanaan
lokasi yang baik beserta metode-metodenya.
B.
Rumusan Masalah
Dari makalah
yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Pengaruh Tempat Kedudukan Terhadap Keberhasilan Perusahaan?
2.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi?
3.
Model
apa saja yang dapat digunakan dalam pemilihan lokasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengaruh Tempat Kedudukan Terhadap Keberhasilan Perusahaan
Dalam pengertian yang paling umum,
tempat kedudukan perusahaan adalah letak geografis bangunan, mesin-mesin, dan
peralatan-peralatanyag dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengolah
barang-barang dan atau jasa-jasa.
Tempat kedudukan perusahaan atau
kilang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan.
Kegiatan pengolahan menyangkut pengubahan dan penggabungan berbagai jenis
sumberdaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Berbagai jenis sumber daya yang
dibutuhkan untuk pengolahan tentu saja tidak selalu berada pada, atau berasal
dari, satu tempat tertentu saja. Untuk itu diperlukan kegiatan pengangkutan
atau pemindahan agar seluruhnya dapat berada pada satu tempat, dan pada waktu,
yang diinginkan.
Pemindahan atau pengangkutan
sumberdaya-sumberdaya tentu saja membutuhkan biaya pengangkutan yang merupakan
sebagian dari biaya yang harus dibayar oleh pembeli dalam bentuk harga barang
atau jasa. Semakin kecil biaya pengangkutan ini maka semakin besar pula
kemungkinan untuk memperkecil harga yang harus dibayar oleh pemakai barang atau
jasa yang dihasilkan.[1]
Berbagai daerah pada umumnya
menawarkan semberdaya yag berbeda jenis, jumlah, dan harganya. Perbedaan ini
tentu saja akan menyebabkan perbedaan biaya pengadaan apabila sumberdaya itu
diperoleh dari tempat yang berbeda. Disamping itu, masing-masing daerah sering
mempunyai peraturan yang berbeda misalnya, peraturan yang menyangkut kewajiban
perusahaan kepada pemerintah dan masyarakat daerah dimana perusahaan itu
berbeda. Daerah yang memberlakukan peraturan yang paling menguntungkan bagi
perusahaan tentu akan menjadi pilihan di dalam penentuan tempat kedudukan suatu
perusahaan.
Sarana penunjang yang disediakan
oleh berbagai daerah juga berbeda-beda. Pada umumnya suatu perusahaan
membutuhkan berbagai jenis perusahaan lain yang menyediakan jenis sumberdaya tertentu
yang dibutuhkan di dalam kegiatan pengolahan. Sebagai contoh, mendirikan
perusahaan di satu daerah di mana tersedia srana perhubungan, lembaga-lembaga
keuangan, kantor pengacara, dan kantor akuntan yang memadai, misalnya, akan
menguntungkan perusahaan. Tersedianya berbagai sarana ini akan memungkinkan
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan pengolahan dengan biaya yang lebih
kecil.
Pengangkutan barang-barang ke tempat
di mana pembeli berada, juga merupakan satu hal yang mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan. Biaya yang terlalu tinggi untuk pengangkutan barang-barang
jadi ke pasar akan menaikkan biaya yang harus diperhitungkan di dalam penentuan
harga barang.
Seluruh pertimbangan tersebut
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan biaya pengolahan. Semakin kecil biaya
pengolahan ini semakin besar pula peluang untuk menetapkan harga yang lebih
rendah untuk barang-barang dan jasa-jasa yag dibuat. Harga ini adalah salah
satu alat persaingan utama di pasar barang-barang.
Untuk memperbesar peluang untuk
memperkecil biaya pengolahan, penentuan tempat kedudukan sarana pengolahan
harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Berbagai unsur yang mempengaruhi
pencapaian laba perusahaan, yag akan berbeda untuk tempat kedudukan sarana
pengolahan yang berbeda, harus menjadi pertimbanga utama di dalam perencanaan
tempat kedudukan tersebut.
B.
Faktor-Faktor Pengaruh Pemilihan Lokasi
Faktor-faktor penting yang
dipertimbagkan dalam pemilihan lokasi masing-masing perusahaan berbeda. Bagi
suatu perusahaan mungkin faktor terpenting adalah dekat dengan pasar. Tetapi
mungkin yang lebih penting bagi perusahaan lain adalah dekat dengan
sumber-sumber penyediaan bahan dan komponen. Organisasi lainnya mungkin
menemukan bahwa faktor yang paling penting adalah memilih lokasi dimana
tersedia tenaga kerja yang mencukupi kebutuhan organisasi, ataupun biaya
transportasi, yang sangat tinggi bila produk berat dan besar.
Jadi,
alasan utama terjadinya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya
perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu
persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan “situasional” atau
“contingency” untuk pembuatan keputusan, bila dinyatakan secara sederhana,
“semuanya bergantung”. Secara umum faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi perusahaan:[2]
1.
Lingkungan
Masyarakat, kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi, baik
konsekuensi positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik di daerah
merupakan suatu syarat penting.
2.
Kedekatan
dengan pasar, dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada para langganan, dan sering mengurangi biaya
distribusi.
3.
Tenaga
kerja, di manapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu
cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar.
4.
Kedekatan
dengan bahan mentah dan supplier
5.
Fasilitas
dan biaya transportasi, tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat,
udara dan air akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran
produk perusahaan.
6.
Sumber
daya-sumber daya (alam) lainnya, perusahaan-perusahaan seperti pabrik kertas,
baja, karet, kulit, kula, tenun, pemrosesan makanan, aluminium dan sebagainya
sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Selain itu hampir setiap industri
memerlukan baik tenaga yang dibangkitkan dari aliran listrik, disel, air, angin
dan lain-lain. oleh sebab itu peru diperhatikan tersedianya sumber
daya-semberdaya (alam) dengan murah dan mencukupi.
Selain faktor-faktor diatas,
berbagai faktor lainnya berikut ini perlu dipertimbangan dalam pemilihan lokasi
: harga tanah, dominasi masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja dan
relokasi, kedekatan dengan pebrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan
maupun para pesaing, tingkat pajak, kebutuha untuk ekspansi, cuaca atau iklim,
keamanan, serta konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
C.
Model Pemilihan Lokasi
1.
Model analisis faktor-faktor Kualitatif
Satu model kualitatif yang dapat
digunakan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan adalah analisis faktor
kualitatif atau sistem penilaian faktor. Model ini digunakan apabila nilai
berbagai unsur ekonomis tidak mempunyai pengaruh serta apabila nilai berbagai
unsur lainnya tidak jelas.[3]
Dengan menggunakan model ini keputusan diambil dengan memberi bobot kepada
berbagai unsur yang akan dipertimbangkan. Model ini digunakan apabila
satu-satunya keterangan yang tersedia adalah perbandingan atau perbedaan harga
atau biaya pengadaan berbagai unsur pada berbagai kota yang merupakan calon
tempat kedudukan perusahaan yang bersagkutan.
Dalam hal ini aturan keputusan dapat
dirumuskan dengan “tempat dengan nilai tertinggi adalah tempat kedudukan
yang paling baik”
Selanjutnya penentuan tempat
kedudukan perusahaan dengan model ini dapat ditunjukka dengan penyelesaian soal
pada contoh 4.1.[4]
Contoh
4.1:
Analisis
faktor faktor kualitatif atau sistem penilaian faktor-faktor
|
Sebuah
perusahaan pembuat perabot kayu sedang merencanakan pembangunan kilang baru
untuk dapat memenuhi permintaan yang meningkat yang tidak lagi dapat dipenuhi
oleh kilang-kilang yang ada pada saat ini. Bahan baku utama yang digunakan
adalah kayu. Bahan baku ini direncanakan akan diperoleh dengan membeli dari
perusahaan penjual kayu yang ada di kota di mana kilang tersebut akan didirikan.
Seluruh perabot kayu yang dihasilkan akan dijual di pasar setempat, yaitu
ditempat dimana kaling itu berada. Pembahasan pendahuluan menghasilkan
keputusan bahwa tempat kedudukan kilang baru tersebut adalah satu dari tiga
kota di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Medan, Pematang Siantar, dan
Kabanjahe. Ketiga kota tersebut sama-sama memenuhi syarat dari segi
penyediaan tanah dan bahan baku kayu.
Dengan model
analisis faktor-faktor kualitatif (sitem penilaian faktor), tentukanlah
tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan tersebut.
|
Penyelesaian
Langkah ke 1: Membuat Daftar
Unsur-unsur yang Berkaitan. Unsur
yang harus dipertimbangkan adalah unsur yang biaya pengadaannya berbeda antara
satu tempat dengan tempat yang lain, yang dalam hal ini akan mengakibatkan
adanya perbedaan dalam keberhasilan dan kehematan kegiatan perusahaan.
Langkah ke 2: Memberikan Bobot
Kepada Setiap Unsur Berdasarkan Tingkat Pentingnya. Pemberian bobot kepada
berbagai unsur yang berkaitan dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan
kualitatif dimaa setiap unsure diberi angka berdasarkan urutan pentingnya
secara berbanding relative terhadap keberhasilan perusahaan.
Langkah ke 3: Menetapkan Derajat
Setiap Unsur Untuk Setiap Daerah Yang Dipertimbangkan. Derajat yang diberikan untuk setiap unsur menunjukkan perbandingan
atau perbedaan harga atau biaya pengadaan atau pemenuhan setiap unsur pada
setiap daerah.
Langkah ke 4: Menghitung jumlah nilai. Jumlah nilai setiap unsur adalah
hasil perkalian antara bobot setiap unsur dengan derajat unsur yang
bersangkutan pada setiap kota yang berbeda.
Tabel 4-1
Unsur-unsur
yang berkaitan (1)
|
Bobot
(2)
|
Derajat
(3)
|
Nilai
(4)
|
||||
Medan
|
P.
Si-
antar
|
Kaban-
jane
|
Medan
|
P.
Si-
antar
|
Kaban-
Jane
|
||
1.
Biaya
pengadaan bahan baku
|
0,42
|
5
|
6
|
8
|
21,0
|
25,2
|
33,6
|
2.
Biaya
tenaga kerja mausia
|
0,21
|
5
|
5
|
7
|
10,5
|
10,5
|
14,7
|
3.
Luas
pasar
|
0,17
|
8
|
7
|
5
|
13,6
|
11,9
|
8,5
|
4.
Peraturan
pemerintah
|
0,08
|
5
|
5
|
7
|
0,4
|
0,4
|
0,56
|
5.
Peluang
pengembangan
|
0,13
|
10
|
7
|
5
|
1,3
|
0,7
|
0,5
|
|
1,00
|
|
46,8
|
48,7
|
57,86
|
Akhirnya dari ketiga kota yang
dipertimbangkan, kota Kabanjahe mempunyai jumlah nilai yang paling tinggi. Ini
berarti bahwa, sesuai dengan aturan keputusan yang sudah ditetapkan, kota
Kabanjahe adalah tempat kedudukan yang paling baik bagi kilang baru tersebut.
2.
Model analisi titik impas (break-even analysisi)
Model analisis titik impas adalah
suatu model pengambilan keputusan tentang tempat kedudukan perusahaan di mana
keputusan ditetapkan berdasarkan tingkat biaya yang ditaksir harus dikeluarkan
oleh perusahaan apabila melaksanakan kegiatan operasi dan produksi di kota yang
berbeda.[5]
Dalam hal ini tempat kedudukan yang paling baik adalah kota yang memungkinkan
jumlah biaya yang paling rendah bagi perusahaan.
Dalam model ini seluruh biaya yang
dikeluarkan di dalam kegiatan pengolahan dapat dibedakan atas biaya tetap dan
biaya berubah. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah pada
berbagai tingkat produksi. Sedangkan biaya berubah adalah biaya yang jumlahnya
berubah-ubah sejalan dengan berubahnya tingkat produksi atau barang yang dibuat. Dengan model ini,
yang harus ditentukan adalah satu daerah kota terbaik sebagai tempat kedudukan
perusahaan untuk berbagai rentan tingkat produksi.[6]
Contoh
4.2:
Analisis
titik impas
|
Sebuah
perusahaan membuat kemasan kaleng aluminium yang dijual ke berbagai
perusahaan pembuat, atau perusahaan pengalengan, minuman, buah-buahan, dan
sayuran. Beberapa tahun terakhir ini jumlah barang buatan perusahaan ini yang
diminta di pasar mengalami kenaikan. Untuk dapat memenuhi permintaan itu
perusahaan membutuhkan sebuah kilang baru yang mempunyai kemampuan untuk
membuat 8.000.000 buah kemasan kaleng setiap tahun. Pembahasan awal
menghasilkan 4 calon tempat kedudukan untuk kilang tersebut, yaitu Palembang,
Kayuagung, Muaraenim, dan Sekayu. Keterangan tentang biaya pengolahan pada
masing-masing kota ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
|
KOTA
|
BIAYA TETAP
(Rp.
Miliyar/Tahun)
|
BIAYA BERUBAH
(Rp./Buah)
|
Palembang
|
1,0
|
250
|
Kayuagung
|
1,5
|
150
|
Muaraenim
|
2,0
|
200
|
Sekayu
|
2,5
|
75
|
Denga model analisa titik impas,
tentukanlah tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan tersebut.
Penyelesaian:
Aturan keputusan untuk model ini
adalah: Daerah yang terbaik adalah daerah dengan biaya keseluruhan (dan
biaya per satuan) yang paling rendah untuk tingkat atau rentang yang
direncanakan.
Mula-mula harus ditetapkan satu
angka sembarang untuk tingkat produksi pertahun. Angka sembarang ini akan
menjadi pedoman dalam menggambarkan keluk-keluk biaya untuk setiap kota yang ditetapkan
sebagai pilihan. Angka sembarang ini dipilih tanpa rumus tertentu. Akan tetapi
supaya keluk-keluk tersebut dapat terlukis dengan mudah maka besarnya angka
sembarang tersebut harus sedemikian sehingga satuan biaya berubah keseluruhan
(total variable cost = TVC) sama dengan satuan biaya tetap keseluruhan (total
fixed cost = TFC). TFC untuk setiap kota tersebut disajikan dalam satuan milyar
rupiah. Agar TVC juga mempunyai satuan milyar rupiah maka tingkat produksi
sembarang yang bersagkutan adalah, misalnya, 10 juta buah. Dengan tingkat
produksi sebesar ini maka TVC untuk Palembang, misalnya, adalah Rp.250 x 10
juta = Rp.2,5 milyar. Selanjutnya keluk-keluk biaya untuk keempat kota tersebut
adalah seperti ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1:
Keluk Biaya Keseluruhan untuk Empat
Kota
Untuk Palembang, biaya tetap setiap
tahun adalah Rp.1 milyar dan biaya berubah setiap satuan adalah Rp.250 sehingga
jumlah biaya berubag untuk 10 juta satuan barang adalah Rp.2,5 milyar. Dengan
demikian jumlah seluruh biaya pembuatan barang setiap tahun adalah Rp.1 milyar
+ Rp.2,5 milyar = Rp.3,5 milyar. Biaya tetap sebesar Rp.1 milyar digambarkan
sebagai titik potong antara keluk biaya tetap untuk Palembang dengan sumbu
membujur.[7]
Kemudian biaya keseluruhan sebesar Rp.3,5 milyar digambarkan pada garis
membujur yang mewakili jumlah barang sebesar 10 juta satuan. Keluk tersebut
diperoleh dengan menarik garis lurus dari titik Rp.1 milyar pada sumbu membujur
ke titik Rp.3,5 milyar pada garis yang menunjukkan jumlah 10 juta satuan
barang. Dengan cara yang sama keluk-keluk untuk ketiga kota lainnya dilukiskan.
Pada gambar tersebut dapat dilihat
bahwa untuk jumlah barang mulai dari 0 hingga 5.000.000 satuan setahun, biaya
keseluruhan yang paling rendah ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruhan untuk
Palembang. Untuk jumlah barang mulai dari 5.000.000 hingga 12.500.000 satuan
setahun, biaya keseluruhan terendah
ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruhan untuk Kayuagung. Sedangkan untuk
jumlah barang yang lebih besar dari 12.500.000 satuan setahun, biaya
keseluruhan terendah ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruha untuk Sekayu.
Dengan demikian apabila perusahaan merencanakan untuk membuat 8.000.000 satuan
barang setahun maka garis biaya keseluruhan terendah adalah keluk yang mewakili
Kayuagung yang berarti bahwa tempat kedudukan yang paling baik untuk kilang
baru tersebut adalah kota Kayuagung.
Tabel 4-3:
Perhitungan Biaya Pembuatan
Setiap Satuan Barang Untuk Berbagai Jumlah
Barang di Empat Kota
Kota
|
Biaya pembuatan
setiap satuan barang pada jumlah
|
||
5 (juta)
|
10 (juta)
|
15 (juta)
|
|
Palembang
|
= 450
|
= 350
|
=317
|
Kayuagung
|
= 450
|
= 300
|
=250
|
Muaraenim
|
= 600
|
= 400
|
= 333
|
Sekayu
|
= 575
|
= 325
|
= 242
|
Perlu diperhatikan bahwa Muaraenim
adalah daerah yang paling tidak menguntungkan di maa untuk jumlah barang mulai
dari 4.000.000 hingga lebih dari 17.000.000 satuan setiap tahun, pembuatan
barag di kota tersebut membutuhkan biaya yang paling tinggi.
Selanjutnya perhitungan biaya
pembuatan setiap satuan barang untuk berbagai jumlah pada setiap kota, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.3, dapat membuktikan keputusan tersebut.
3.
Model median sederhana
Model median sederhana adalah model
yang memusatkan perhatian pada biaya pengangkutan bahan-bahan (bahan-bahan baku
dan bahan-bahan pembantu, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang jadi).[8]
Yang dapat ditentukan dengan model ini adalah tempat kedudukan perusahaan atau kilang
baru yang memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya pengangkutan antar
seluruh sarana operasi dan produksi yang dimiliki menjadi sekecil mungkin.
Contoh
4.3
Model
Median Sederhana
|
Sebuah
perusahaan industry kerajian yang membuat berbagai jenis dan model peralatan
dan perhiasan rumah tangga yang terbuat dari tembikar (ceramic) pada saat ini
memanfaatkan dua sumber bahan baku yang masing-masing berkedudukan di kota Ketaun
dan lebongdonok keduanya di Provinsi Bengkulu. Perusahan melayani dua pasar,
yaitu Tais (juga diprovinsi Bengkulu) dan Lubuklinggau (di Provinsi Sumatra
Selatan). Tempat kedudukan keempat kota tersebut serta jarak satu sama lain
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Saat ini
perusahaan sedang merencanakan pendirian sebuah kilang baru yang tempat
kedudukannya harus memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya pengangkutan
sekecil mungkin. Jumlah berat (ton) tembikar yang akan diangkut antara kilang
baru dengan keempat sarana yang sudah ada (dua sumber bahan baku dan dua
pasar) selama satu tahun adalah sebagai berikut:
|
Dari/Ke
|
Jumlah Bahan
Yang Akan Diangkut Ke dan Dari Kilang Baru (kg)
|
Ketaun (S1)
Lebongdonok
(S2)
Tais (P1)
Lubuklinggau
(P2)
|
6.000
4.000
2.000
8.000
|
jumlah
|
20.000
|
S = Sumber baha baku; P=Pasar
Dengan menggunakan model median
sederhana, tentukanlah tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan atau
kilang baru tersebut.
Penyelesaian:
Langkah ke 1: Melukiskan Letak Semua
Sumber Bahan Baku dan Pasar pada Sebuah Bagan Koordinat. Gambar tersebut adalah peta Provinsi Bengkulu dan sebagian Provinsi
Sumatra Selatan.
Langkah ke 2: Menentukan
Koordinat x dan Koordinat y Seluruh Sarana Operasi dan Produksi yang Sudah Ada.
Letak seluruh sumber bahan baku dan pasar yang ada sekarang dapat ditunjukkan
pada Gambar 4.3. Gambar 4.3
bersumber dari Gambar 4.2. peta tersebut diberi garis-garis melintang dan
membujur untuk menunjukkan koordinat-koordinat x dan y.
Kedudukan Setiap Kota pada Bagan
Koordinat
Tabel 4-4:
Kedudukan Setiap Sumber Bahan Buku
dan Pasar pada Bagan Koordinat
|
X
|
y
|
Ketaun (S1)
Lebongdonok
(S2)
Tais (P1)
Lubuklinggau
(P2)
|
3 ½
4
5 ¼
5 ½
|
4
4 ½
2
4
|
Langkah ke 3: Menentukan Nilai
Tengah Jumlah Bahan yag Diangkut. Jumlah
seluruh tembikar yang akan diangkut selama satu tahun adalah 20.000kg. Nilai
tengah dari jumlah ini adalah 20.000/2 = 10.000. Karena jumlah tembikar yang
akan diangkut ini adalah bilangan genap maka terdapat dua buah median beban.
Yaitu Kg ke-10.000 dan Kg ke-10.001.
Langkah ke 4: Menentukan Nilai
Koordinat x dan Koordinat y Perusahaan atau Kilang yang Akan Didirikan. Penentuan koordinat x dan koordinat y perusahaan atau kilang yang
akan didirika ditunjukkan pada Gambar 4.4. pertama-tama dimisalkan bahwa
pengangkutan dilakukan dengan arah x (atau arah Barat-Timur). Berangkat dari
titik asal 0, alat pengangkutan bergerak ke arah kanan (Timur). Pada tahap ini
diandaikan bahwa alat pengangkut bukan berupa sebuah kendaraan bermotor
melainkan berupa garis lurus membujur (garis xx pada gambar) sehingga jarak
yang ditempuh adalah jarak setiap sarana operasi dan produksi ke garis membujur
y, tanpa mempersoalkan jarak masing-masing ke sumbu mendatar x. Kota yang
pertama sekali disinggahi adalah Ketaun (S1) pada x = 3 ½. Bahan yang diangkut
adalah 6.000 Kg, yaitu Kg ke-1 sampai dengan ke-6.000. median beban, yaitu Kg
ke-10.000 sampai ke -10.001, belum tercakup dalam rentang jumlah ini. Apabila
median beban yang bersangkutan sudah berada pada rentang jumlah yang
bersangkutan maka pengangkutan akan berhenti di kota Ketaun ini. Akan tetapi
karena median beban belum terdapat pada beban yang sudah diangkut dari S1 ini
maka perjalanan harus diteruskan. Kota berikutnya yang disinggahi adalah
Lebongdonok (S2) dan dari kota ini jumlah bahan yang diangkut adalah 4.000 Kg.
Apabila digabungkan dengan beban yang sudah diangkut dari Ketaun maka beban
yang diangkut dari Lebongdonok adalah Kg ke-6.001 sampai dengan ke-10.000,
karena beban yang diangkut dari Lebongdonok ini termasuk salah satu median
beban, yaitu Kg ke-10.000. Akan tetapi karena masih ada satu lagi median beban
yang belum termasuk di dalamnya, yaitu Kg ke-10.001, maka perjalanan masih
harus dilanjutkan ke kota berikutnya, yaitu Tais (P1). Jumlah beban yang akan
diangkut dari kota ini adalah 2.000 Kg yang apabila digabungkan dengan beban
yang sudah diangkut dari keduaengan ke-12.000. karena pada beban yang sudah
diangkut hingga saat ini sudah termasuk kedua median beban maka perjalanan
harus berhenti di kota ini. Kota terakhir ini, yaitu kota dimana kedua median
beban sudah terangkut, akan menjadi penentu bagi koordinat x kilang baru.
Koordinat x kilang baru tersebut adalah sama dengan koordinatx kota terakhir
ini, yaitu x = 5 ¼. Dengan demikian kilang baru itu harus berada pada x=5 ¼.
Arah pengangkutan yang lain adalah
arah y (atau arah Selatan Utara). Pada tahap ini diandaikan bahwa alat
pengangkut berupa garis lurus melintang (garis yy) sehingga yang diperhitungkan
adalah jarak setiap sarana
Gambar 4.4:
Penentuan Tempat Kedudukan Kilang
Baru
Operasi dan produksi yang ada ke
sumbu melintang x, tanpa mempersoalkan jark masing-masing ke sumbu membujur y.
berangkat dari titik asal 0 ke sebelah atas (utara), maka kota terdekat adalah
Tais (P1) pada y=2. Beban yang diangkut dari Tais adalah 2.000 Kg, yaitu Kg
ke-1 sampai dengan ke 2.000. karena median beban, yaitu Kg ke-10.000 dan
ke-10.001, belum terdapat dalam jumlah bahan yang diangkut ini, maka perjalanan
harus diteruskan. Kota berikutnya yang akan disinggahi adalah Ketaun (S1) dan
Lubuklinggau (P2). Kedua kota ini mempunyai jarak yang sama terhadap sumbu
melintang (atau keduanya mempunyai jarak y yang sama) sehingga alat pengangkut
akan tiba di kedua tempat itu pada waktu yang bersamaan. Jumlah beban yang
diagkut dari kedua kota ini adalah 6.000 kg + 8.000 Kg = 14.000 Kg. apabila
digabungkan dengan beban yang sebelumnya diangkut dari Tais maka beban yang
diangkut dari kedua kota ini adalah Kg ke-2.001 sampai dengan ke-16.000. karena
median beban sudah berada pada tumpukan bahan yang diangkut ini maka perjalanan
harus berhenti. Kota ini adalah kota terakhir yang harus disinggahi untuk
memperoleh beban yang mengandung median beban itu dan dengan demikian koordinat
y kota ini, yaitu y=4, menjadi koordinat y kilang yang akan didirikan. Dengan
demikian koordinat y kilang baru itu adalah y=4.
Selanjutnya dapat disimpulakan bahwa
tempat kedudukan kilang baru itu pada bagan koordinat yang ditunjukkan pada
gambar 4.4 adalah pada x=5 ¼ dan y=4. Pendirian kilang baru pada titik ini akan
memungkinkan biaya pengangkutan keseluruhan yang kan dibayar perusahaan menjadi
sederhana munkin. Akhirnya dengan mengamati peta bumi Provinsi Bengkulu pada
gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tempat kedudukan baru tersebut berada di antara
Ketaun dan Lubuklinggau.
4.
Model penyebrangan atau pengangkutan liner programming
Model ini digunakan di dalam
pemilihan sumber bahan baku yag akan dimanfaatkan atau pasar baru yang akan
dilayani ataupun penentuan tempat kedudukan perusahaan.[9]
Dalam penggunaan model ini unsur-unsur yang ada yaitu:
a.
Sumber-sumber
yang menyediakan bahan-bahan dalam jumlah terbatas untuk diangkutan atau
disebarkan.
b.
Tujuan-tujuan
tempat yang memerlukan bahan-bahan yang dialokasikan dari sumber-sumber.
c.
Biaya-biaya
pengangkutan setiap satuan jarak dari sumber ke tujuan.
Contoh:
Sebuah perusahaan tepung memiliki 2 gudang yang akan mengangkut ke
pelanggan di 3 kota, analisislah biaya transportasi yang paling optimal bagi
perusahaan. Dibawah ini terdapat bagan biaya transport dan kebutuhan dan
persediaan.
Gudang
|
Pelanggan
|
|||
Magelang
|
Ambarawa
|
Semarang
|
Persediaan
|
|
Klaten
|
Rp.10
|
Rp.15
|
Rp.11
|
130
|
Temaggung
|
Rp.8
|
Rp.12
|
Rp.14
|
120
|
Permintaan
|
50
|
100
|
100
|
250
|
Penyelesaian:
Alokasi pertama atas masalah di atas:
Ke
Dari
|
Magelang
(M)
|
Ambarawa
(A)
|
Semarang
(S)
|
Persedian
|
Klaten (K)
|
10
50
|
15
80
|
11
|
130
|
Temanggung
(T)
|
8
|
12
20
|
14
100
|
120
|
Permintaan
|
50
|
100
|
100
|
250
|
Biaya total untuk penyelesaian awal ini:
Alokasi
|
Jumlah Unit
|
Biaya per
Unit
|
Biaya Total
|
K-M
|
50
|
Rp.10
|
Rp.500
|
K-A
|
80
|
Rp.15
|
Rp.1.200
|
T-A
|
20
|
Rp.12
|
Rp.240
|
Total=
|
Rp. 3.340
|
Untuk menentukan apakah aloksi di atas sudah optimal atau belum
perlu dilakukan tes optimalisasi dengan mengevaluasi sel-sel yang masih kosong.
Prosedur evaluasi sel ini dikenal sebagai stepping stone method.
X13 = X13 – X23 + X22 – X12 = 11 – 14 + 12 – 15 = -6
X11 = X21 – X11 + X12 – X22 = 8 – 10 +15 – 12 = 1
10
50
|
15
80
|
11
-6
|
8
1
|
12
20
|
14
100
|
Jalur stepping stone yang menghasilkan Xij negative terkecil
menunjukkan bahwa sejumlah 80 unit dapat direlokasikan dalam putarannya. Karena
pengurangan biaya adalah sebesar – Rp. 6 per unit, penghematan sebesar 80 x
Rp.6 = Rp. 480 akan diperoleh dalam tabel berikut ini.
Iterasi Kedua
Ke
Dari
|
(M)
|
(A)
|
(S)
|
Persediaan
|
(K)
|
10
30
|
15
|
11
100
|
130
|
(T)
|
8
20
|
12
100
|
14
|
120
|
Permintaan
|
50
|
100
|
100
|
250
|
Walaupun alokasi telah diperbaiki, kita perlu melakukan evaluasi
sel lagi sampai mencapai penyelesaian optimal.
X12 = X12 – X13 + X23 – X22 = 15 – 11 + 14 – 12 = 6
X21 = X21 – X11 + X13 – X23 = 8 – 10 + 11 – 14 = -5
10
50
|
15
6
|
11
80
|
8
-5
|
12
100
|
14
20
|
Sejumlah 20 unit dapat
direlokasikan dan akan menghasilkan penghematan biaya sebesar 20 x Rp.5 =
Rp.100
Iterasi Ketiga
Ke
Dari
|
(M)
|
(A)
|
(S)
|
Persediaan
|
(K)
|
10
30
|
15
|
11
100
|
130
|
(T)
|
8
20
|
12
100
|
14
|
120
|
Permintaan
|
50
|
100
|
100
|
250
|
X12 = X12 – X22 + X21 – X11 = 15 – 12 + 8 – 10 = 1
X23 = X23 – X21 + X11 – X13 = 14 – 8 + 10 – 11 = 5
Karena evaluasi sel menghasilkan bilangan-bilangan positif dalam
sel-sel kosong, alokasi hasil iterasi ketiga merupakan penyelesaian optimal.
Program pengiriman optimal adalah:
Alokasi
|
Jumlah unit
|
Biaya per
Unit
|
Biaya Total
|
K-M
|
30
|
Rp.10
|
Rp.300
|
K-A
|
100
|
Rp.11
|
Rp.1.100
|
T-A
|
20
|
Rp.8
|
Rp.160
|
T-S
|
100
|
Rp.12
|
Rp.1.200
|
Total=
|
Rp.2.760
|
5.
Model Lokasional
Model Lokasional yaitu medel yang
mempertimbagkan unsur-unsur kuantitatif, atau sering juga disebut unsure-unsur
objektif, maupun unsure-unsur kualitatis atau yang sering disebut unsure-unsur
subyektif. Pengambilan putusa tempt kedudukan perusahaan dengan model
lokasional dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:[10]
a.
Mengenali
berbagai unsur yang mempengaruhi kegiatan yang akan dilaksanakan pada
perusahaan yang akan didirikan
b.
Mengumpulkan
berbagai keterangan yang menyangkut seluruh unsur kuantitatif
c.
Menetapkan
nilai faktor-faktor kuantitatif (faktor-faktor objektif)
d.
Mengenali
setiap daerah yang ditetapkan sebagai pilihan tempat kedudukan perusahaan yang
akan didirikan.
e.
Menetapkan
nilai faktor-faktor kualitatif (faktor-faktor subjektif)
f.
Memperbandingkan
tingkat kepentingan atara faktor-faktor objektif dengan faktor-faktor subjektif
g.
Menentukan
ukuran bagi daerah-daerah yang dipertimbangkan sebagai calon tempat kedudukan
perusahaan yang bersangkutan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat di atas dapat kami
tarik kesimpulan :
1.
Dalam
pengertian yang paling umum, tempat kedudukan perusahaan adalah letak geografis
bangunan, mesin-mesin, dan peralatan-peralatanyag dimiliki perusahaan yang
digunakan untuk mengolah barang-barang dan atau jasa-jasa.
Tempat kedudukan perusahaan atau
kilang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Kegiatan
pengolahan menyangkut pengubahan dan penggabungan berbagai jenis sumberdaya
untuk menghasilkan barang dan jasa. Berbagai jenis sumber daya yang dibutuhkan
untuk pengolahan tentu saja tidak selalu berada pada, atau berasal dari, satu
tempat tertentu saja. Untuk itu diperlukan kegiatan pengangkutan atau
pemindahan agar seluruhnya dapat berada pada satu tempat, dan pada waktu, yang
diinginkan.
2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbankan dalam pemilihan lokasi :
a. Lingkungan masyarakat
b. Kedekatan dengan pasar
c. Tenaga kerja
d. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier
e. Fasilitas dan biasa transportasi
f. Sumberdaya alam
3. Ada lima model dalam menentukan pemilihan lokasi
a. Model analisis faktor-faktor Kualitatif
b. Analisis titik impas
c. Model median sederhana
d. Model penyebaran atau pengangkutan linear programing
e. Model lokasional
B.
Penutup
Demikian makalah ini kami buat. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan makalah ini kami mohon maaf.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk lebih baiknya makalah
yang kami buat selanjutnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Pardede,
Pontas M.2005.Manajemen Operasi dan
Produksi. Yogyakarta : Andi Offset.
Kuliah-manajemen.blogspot.com/2009/12/tempat-kedudukan-perusahaan-plant.html?m=1,
diakses pada tanggal 20 oktober 2014
pukul 20.00 WIB
Handoko, T. Hani.2000.Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.
Makasih om, sangat membantu
BalasHapus