Selasa, 12 Mei 2015

PERENCANAAN LOKASI, METODE PEMILIHAN LOKASI DAN PENTINGNYA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Organisasi-organisasi (perusahaan) secara terus menerus membangun berbagai fasilitas baru dan memperluas yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi dalam konstruksi dan peralatan atau mesin dengan biaya yang sangat besar. Walaupun penentuan lokasi organisasi yang tepat tidak selalu sangat penting. Tetapi, bagaimanapun juga, penempatan fasilitas-fasilitas yang baik akan membantu organisasi untuk meminimumkan biaya-biaya.
Disamping itu, adanya perbedaan sukses organisasi-organisasi dan perbedaan kekuatan dan/atau kelemahan organisasi, sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam situasi persaingan, faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-faktor kritis yang membuatnya sangat penting.
Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan mendapatkan lokasi dengan  paling banyak faktor-faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan “beban” biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjag, dan ini akan meningkatkan “daya saing” perusahaan. Dalam sektor bisnis jasa, seperti lokasi kantor cabang bank, took-toko pengecer, pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat, dan lain-lain, bahkan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang lebih kompleks. Di masa lain yang mungkin dihadapi perusahaan adalah perlunya perluasan usaha; hal ini dapat dilakukan denganmemperluas pabrik yang ada sekarang atau menempatkan pabrik baru di lain tempat.
Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, perusahaan dapat “tergelincir” ke dalam perangkap-perangkap tersebut. Akibatnya, perusahaan akan beroprasi dengan tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan perlu lebih berhati-hati dan melakukan analisis-analisis lebih baik, agar kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan sama sekali. Makalah kali ini akan membahas secara singkat perencanaan lokasi yang baik beserta metode-metodenya.
B.     Rumusan Masalah
Dari makalah yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pengaruh Tempat Kedudukan Terhadap Keberhasilan Perusahaan?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi?
3.      Model apa saja yang dapat digunakan dalam pemilihan lokasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengaruh Tempat Kedudukan Terhadap Keberhasilan Perusahaan
Dalam pengertian yang paling umum, tempat kedudukan perusahaan adalah letak geografis bangunan, mesin-mesin, dan peralatan-peralatanyag dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengolah barang-barang dan atau jasa-jasa.
Tempat kedudukan perusahaan atau kilang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Kegiatan pengolahan menyangkut pengubahan dan penggabungan berbagai jenis sumberdaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Berbagai jenis sumber daya yang dibutuhkan untuk pengolahan tentu saja tidak selalu berada pada, atau berasal dari, satu tempat tertentu saja. Untuk itu diperlukan kegiatan pengangkutan atau pemindahan agar seluruhnya dapat berada pada satu tempat, dan pada waktu, yang diinginkan.
Pemindahan atau pengangkutan sumberdaya-sumberdaya tentu saja membutuhkan biaya pengangkutan yang merupakan sebagian dari biaya yang harus dibayar oleh pembeli dalam bentuk harga barang atau jasa. Semakin kecil biaya pengangkutan ini maka semakin besar pula kemungkinan untuk memperkecil harga yang harus dibayar oleh pemakai barang atau jasa yang dihasilkan.[1]
Berbagai daerah pada umumnya menawarkan semberdaya yag berbeda jenis, jumlah, dan harganya. Perbedaan ini tentu saja akan menyebabkan perbedaan biaya pengadaan apabila sumberdaya itu diperoleh dari tempat yang berbeda. Disamping itu, masing-masing daerah sering mempunyai peraturan yang berbeda misalnya, peraturan yang menyangkut kewajiban perusahaan kepada pemerintah dan masyarakat daerah dimana perusahaan itu berbeda. Daerah yang memberlakukan peraturan yang paling menguntungkan bagi perusahaan tentu akan menjadi pilihan di dalam penentuan tempat kedudukan suatu perusahaan.
Sarana penunjang yang disediakan oleh berbagai daerah juga berbeda-beda. Pada umumnya suatu perusahaan membutuhkan berbagai jenis perusahaan lain yang menyediakan jenis sumberdaya tertentu yang dibutuhkan di dalam kegiatan pengolahan. Sebagai contoh, mendirikan perusahaan di satu daerah di mana tersedia srana perhubungan, lembaga-lembaga keuangan, kantor pengacara, dan kantor akuntan yang memadai, misalnya, akan menguntungkan perusahaan. Tersedianya berbagai sarana ini akan memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan pengolahan dengan biaya yang lebih kecil.
Pengangkutan barang-barang ke tempat di mana pembeli berada, juga merupakan satu hal yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Biaya yang terlalu tinggi untuk pengangkutan barang-barang jadi ke pasar akan menaikkan biaya yang harus diperhitungkan di dalam penentuan harga barang.
Seluruh pertimbangan tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat dengan biaya pengolahan. Semakin kecil biaya pengolahan ini semakin besar pula peluang untuk menetapkan harga yang lebih rendah untuk barang-barang dan jasa-jasa yag dibuat. Harga ini adalah salah satu alat persaingan utama di pasar barang-barang.
Untuk memperbesar peluang untuk memperkecil biaya pengolahan, penentuan tempat kedudukan sarana pengolahan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Berbagai unsur yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan, yag akan berbeda untuk tempat kedudukan sarana pengolahan yang berbeda, harus menjadi pertimbanga utama di dalam perencanaan tempat kedudukan tersebut.
  
B.     Faktor-Faktor Pengaruh Pemilihan Lokasi
Faktor-faktor penting yang dipertimbagkan dalam pemilihan lokasi masing-masing perusahaan berbeda. Bagi suatu perusahaan mungkin faktor terpenting adalah dekat dengan pasar. Tetapi mungkin yang lebih penting bagi perusahaan lain adalah dekat dengan sumber-sumber penyediaan bahan dan komponen. Organisasi lainnya mungkin menemukan bahwa faktor yang paling penting adalah memilih lokasi dimana tersedia tenaga kerja yang mencukupi kebutuhan organisasi, ataupun biaya transportasi, yang sangat tinggi bila produk berat dan besar.
      Jadi, alasan utama terjadinya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan “situasional” atau “contingency” untuk pembuatan keputusan, bila dinyatakan secara sederhana, “semuanya bergantung”. Secara umum faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan:[2]
1.      Lingkungan Masyarakat, kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi, baik konsekuensi positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik di daerah merupakan suatu syarat penting.
2.      Kedekatan dengan pasar, dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para langganan, dan sering mengurangi biaya distribusi.
3.      Tenaga kerja, di manapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar.
4.      Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier
5.      Fasilitas dan biaya transportasi, tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara dan air akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan.
6.      Sumber daya-sumber daya (alam) lainnya, perusahaan-perusahaan seperti pabrik kertas, baja, karet, kulit, kula, tenun, pemrosesan makanan, aluminium dan sebagainya sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Selain itu hampir setiap industri memerlukan baik tenaga yang dibangkitkan dari aliran listrik, disel, air, angin dan lain-lain. oleh sebab itu peru diperhatikan tersedianya sumber daya-semberdaya (alam) dengan murah dan mencukupi.
Selain faktor-faktor diatas, berbagai faktor lainnya berikut ini perlu dipertimbangan dalam pemilihan lokasi : harga tanah, dominasi masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja dan relokasi, kedekatan dengan pebrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para pesaing, tingkat pajak, kebutuha untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.

C.    Model Pemilihan Lokasi
1.      Model analisis faktor-faktor Kualitatif
Satu model kualitatif yang dapat digunakan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan adalah analisis faktor kualitatif atau sistem penilaian faktor. Model ini digunakan apabila nilai berbagai unsur ekonomis tidak mempunyai pengaruh serta apabila nilai berbagai unsur lainnya tidak jelas.[3] Dengan menggunakan model ini keputusan diambil dengan memberi bobot kepada berbagai unsur yang akan dipertimbangkan. Model ini digunakan apabila satu-satunya keterangan yang tersedia adalah perbandingan atau perbedaan harga atau biaya pengadaan berbagai unsur pada berbagai kota yang merupakan calon tempat kedudukan perusahaan yang bersagkutan.
Dalam hal ini aturan keputusan dapat dirumuskan dengan “tempat dengan nilai tertinggi adalah tempat kedudukan yang paling baik”
Selanjutnya penentuan tempat kedudukan perusahaan dengan model ini dapat ditunjukka dengan penyelesaian soal pada contoh 4.1.[4]
Contoh 4.1:
Analisis faktor faktor kualitatif atau sistem penilaian faktor-faktor

Sebuah perusahaan pembuat perabot kayu sedang merencanakan pembangunan kilang baru untuk dapat memenuhi permintaan yang meningkat yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh kilang-kilang yang ada pada saat ini. Bahan baku utama yang digunakan adalah kayu. Bahan baku ini direncanakan akan diperoleh dengan membeli dari perusahaan penjual kayu yang ada di kota di mana kilang tersebut akan didirikan. Seluruh perabot kayu yang dihasilkan akan dijual di pasar setempat, yaitu ditempat dimana kaling itu berada. Pembahasan pendahuluan menghasilkan keputusan bahwa tempat kedudukan kilang baru tersebut adalah satu dari tiga kota di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Medan, Pematang Siantar, dan Kabanjahe. Ketiga kota tersebut sama-sama memenuhi syarat dari segi penyediaan tanah dan bahan baku kayu.
Dengan model analisis faktor-faktor kualitatif (sitem penilaian faktor), tentukanlah tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan tersebut.

Penyelesaian
Langkah ke 1: Membuat Daftar Unsur-unsur yang Berkaitan. Unsur yang harus dipertimbangkan adalah unsur yang biaya pengadaannya berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain, yang dalam hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam keberhasilan dan kehematan kegiatan perusahaan.
Langkah ke 2: Memberikan Bobot Kepada Setiap Unsur Berdasarkan Tingkat Pentingnya.  Pemberian bobot kepada berbagai unsur yang berkaitan dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan kualitatif dimaa setiap unsure diberi angka berdasarkan urutan pentingnya secara berbanding relative terhadap keberhasilan perusahaan.
Langkah ke 3: Menetapkan Derajat Setiap Unsur Untuk Setiap Daerah Yang Dipertimbangkan. Derajat yang diberikan untuk setiap unsur menunjukkan perbandingan atau perbedaan harga atau biaya pengadaan atau pemenuhan setiap unsur pada setiap daerah.
Langkah ke 4: Menghitung jumlah nilai. Jumlah nilai setiap unsur adalah hasil perkalian antara bobot setiap unsur dengan derajat unsur yang bersangkutan pada setiap kota yang berbeda.
            Tabel 4-1
Unsur-unsur yang berkaitan (1)
Bobot
(2)
Derajat (3)
Nilai (4)
Medan
P. Si-
antar
Kaban-
jane
Medan
P. Si-
antar
Kaban-
Jane
1.      Biaya pengadaan bahan baku
0,42
5
6
8
21,0
25,2
33,6
2.      Biaya tenaga kerja mausia
0,21
5
5
7
10,5
10,5
14,7
3.      Luas pasar
0,17
8
7
5
13,6
11,9
8,5
4.      Peraturan pemerintah
0,08
5
5
7
0,4
0,4
0,56
5.      Peluang pengembangan
0,13
10
7
5
1,3
0,7
0,5

1,00

46,8
48,7
57,86

Akhirnya dari ketiga kota yang dipertimbangkan, kota Kabanjahe mempunyai jumlah nilai yang paling tinggi. Ini berarti bahwa, sesuai dengan aturan keputusan yang sudah ditetapkan, kota Kabanjahe adalah tempat kedudukan yang paling baik bagi kilang baru tersebut.
2.      Model analisi titik impas (break-even analysisi)
Model analisis titik impas adalah suatu model pengambilan keputusan tentang tempat kedudukan perusahaan di mana keputusan ditetapkan berdasarkan tingkat biaya yang ditaksir harus dikeluarkan oleh perusahaan apabila melaksanakan kegiatan operasi dan produksi di kota yang berbeda.[5] Dalam hal ini tempat kedudukan yang paling baik adalah kota yang memungkinkan jumlah biaya yang paling rendah bagi perusahaan.
Dalam model ini seluruh biaya yang dikeluarkan di dalam kegiatan pengolahan dapat dibedakan atas biaya tetap dan biaya berubah. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah pada berbagai tingkat produksi. Sedangkan biaya berubah adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sejalan dengan berubahnya tingkat produksi  atau barang yang dibuat. Dengan model ini, yang harus ditentukan adalah satu daerah kota terbaik sebagai tempat kedudukan perusahaan untuk berbagai rentan tingkat produksi.[6]
Contoh 4.2:
Analisis titik impas
Sebuah perusahaan membuat kemasan kaleng aluminium yang dijual ke berbagai perusahaan pembuat, atau perusahaan pengalengan, minuman, buah-buahan, dan sayuran. Beberapa tahun terakhir ini jumlah barang buatan perusahaan ini yang diminta di pasar mengalami kenaikan. Untuk dapat memenuhi permintaan itu perusahaan membutuhkan sebuah kilang baru yang mempunyai kemampuan untuk membuat 8.000.000 buah kemasan kaleng setiap tahun. Pembahasan awal menghasilkan 4 calon tempat kedudukan untuk kilang tersebut, yaitu Palembang, Kayuagung, Muaraenim, dan Sekayu. Keterangan tentang biaya pengolahan pada masing-masing kota ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

KOTA
BIAYA TETAP
(Rp. Miliyar/Tahun)
BIAYA BERUBAH
(Rp./Buah)
Palembang
1,0
250
Kayuagung
1,5
150
Muaraenim
2,0
200
Sekayu
2,5
75
Denga model analisa titik impas, tentukanlah tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan tersebut.
Penyelesaian:
Aturan keputusan untuk model ini adalah: Daerah yang terbaik adalah daerah dengan biaya keseluruhan (dan biaya per satuan) yang paling rendah untuk tingkat atau rentang yang direncanakan.
Mula-mula harus ditetapkan satu angka sembarang untuk tingkat produksi pertahun. Angka sembarang ini akan menjadi pedoman dalam menggambarkan keluk-keluk biaya untuk setiap kota yang ditetapkan sebagai pilihan. Angka sembarang ini dipilih tanpa rumus tertentu. Akan tetapi supaya keluk-keluk tersebut dapat terlukis dengan mudah maka besarnya angka sembarang tersebut harus sedemikian sehingga satuan biaya berubah keseluruhan (total variable cost = TVC) sama dengan satuan biaya tetap keseluruhan (total fixed cost = TFC). TFC untuk setiap kota tersebut disajikan dalam satuan milyar rupiah. Agar TVC juga mempunyai satuan milyar rupiah maka tingkat produksi sembarang yang bersagkutan adalah, misalnya, 10 juta buah. Dengan tingkat produksi sebesar ini maka TVC untuk Palembang, misalnya, adalah Rp.250 x 10 juta = Rp.2,5 milyar. Selanjutnya keluk-keluk biaya untuk keempat kota tersebut adalah seperti ditunjukkan pada gambar 4.1.
 











Gambar 4.1:
Keluk Biaya Keseluruhan untuk Empat Kota

Untuk Palembang, biaya tetap setiap tahun adalah Rp.1 milyar dan biaya berubah setiap satuan adalah Rp.250 sehingga jumlah biaya berubag untuk 10 juta satuan barang adalah Rp.2,5 milyar. Dengan demikian jumlah seluruh biaya pembuatan barang setiap tahun adalah Rp.1 milyar + Rp.2,5 milyar = Rp.3,5 milyar. Biaya tetap sebesar Rp.1 milyar digambarkan sebagai titik potong antara keluk biaya tetap untuk Palembang dengan sumbu membujur.[7] Kemudian biaya keseluruhan sebesar Rp.3,5 milyar digambarkan pada garis membujur yang mewakili jumlah barang sebesar 10 juta satuan. Keluk tersebut diperoleh dengan menarik garis lurus dari titik Rp.1 milyar pada sumbu membujur ke titik Rp.3,5 milyar pada garis yang menunjukkan jumlah 10 juta satuan barang. Dengan cara yang sama keluk-keluk untuk ketiga kota lainnya dilukiskan.
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk jumlah barang mulai dari 0 hingga 5.000.000 satuan setahun, biaya keseluruhan yang paling rendah ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruhan untuk Palembang. Untuk jumlah barang mulai dari 5.000.000 hingga 12.500.000 satuan setahun,  biaya keseluruhan terendah ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruhan untuk Kayuagung. Sedangkan untuk jumlah barang yang lebih besar dari 12.500.000 satuan setahun, biaya keseluruhan terendah ditunjukkan oleh keluk biaya keseluruha untuk Sekayu. Dengan demikian apabila perusahaan merencanakan untuk membuat 8.000.000 satuan barang setahun maka garis biaya keseluruhan terendah adalah keluk yang mewakili Kayuagung yang berarti bahwa tempat kedudukan yang paling baik untuk kilang baru tersebut adalah kota Kayuagung.
            Tabel 4-3:
Perhitungan Biaya Pembuatan Setiap Satuan Barang Untuk Berbagai Jumlah  Barang di Empat Kota
Kota
Biaya pembuatan setiap satuan barang pada jumlah
5 (juta)
10 (juta)
15 (juta)
Palembang
 = 450
 = 350
 =317
Kayuagung
 = 450
 = 300
 =250
Muaraenim
 = 600
= 400
 = 333
Sekayu
 = 575
 = 325
 = 242
Perlu diperhatikan bahwa Muaraenim adalah daerah yang paling tidak menguntungkan di maa untuk jumlah barang mulai dari 4.000.000 hingga lebih dari 17.000.000 satuan setiap tahun, pembuatan barag di kota tersebut membutuhkan biaya yang paling tinggi.
Selanjutnya perhitungan biaya pembuatan setiap satuan barang untuk berbagai jumlah pada setiap kota, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3, dapat membuktikan keputusan tersebut.
3.      Model median sederhana
Model median sederhana adalah model yang memusatkan perhatian pada biaya pengangkutan bahan-bahan (bahan-bahan baku dan bahan-bahan pembantu, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang jadi).[8] Yang dapat ditentukan dengan model ini adalah tempat kedudukan perusahaan atau kilang baru yang memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya pengangkutan antar seluruh sarana operasi dan produksi yang dimiliki menjadi sekecil mungkin.
Contoh 4.3
Model Median Sederhana
Sebuah perusahaan industry kerajian yang membuat berbagai jenis dan model peralatan dan perhiasan rumah tangga yang terbuat dari tembikar (ceramic) pada saat ini memanfaatkan dua sumber bahan baku yang masing-masing berkedudukan di kota Ketaun dan lebongdonok keduanya di Provinsi Bengkulu. Perusahan melayani dua pasar, yaitu Tais (juga diprovinsi Bengkulu) dan Lubuklinggau (di Provinsi Sumatra Selatan). Tempat kedudukan keempat kota tersebut serta jarak satu sama lain ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Saat ini perusahaan sedang merencanakan pendirian sebuah kilang baru yang tempat kedudukannya harus memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya pengangkutan sekecil mungkin. Jumlah berat (ton) tembikar yang akan diangkut antara kilang baru dengan keempat sarana yang sudah ada (dua sumber bahan baku dan dua pasar) selama satu tahun adalah sebagai berikut:














Dari/Ke
Jumlah Bahan Yang Akan Diangkut Ke dan Dari Kilang Baru (kg)
Ketaun (S1)
Lebongdonok (S2)
Tais (P1)
Lubuklinggau (P2)
6.000
4.000
2.000
8.000
jumlah
20.000
            S = Sumber baha baku; P=Pasar
Dengan menggunakan model median sederhana, tentukanlah tempat kedudukan yang paling baik bagi perusahaan atau kilang baru tersebut.

Penyelesaian:
Langkah ke 1: Melukiskan Letak Semua Sumber Bahan Baku dan Pasar pada Sebuah Bagan Koordinat. Gambar tersebut adalah peta Provinsi Bengkulu dan sebagian Provinsi Sumatra Selatan.
Langkah ke 2: Menentukan Koordinat x dan Koordinat y Seluruh Sarana Operasi dan Produksi yang Sudah Ada. Letak seluruh sumber bahan baku dan pasar yang ada sekarang dapat ditunjukkan pada Gambar 4.3. Gambar  4.3 bersumber dari Gambar 4.2. peta tersebut diberi garis-garis melintang dan membujur untuk menunjukkan koordinat-koordinat x dan y.












Kedudukan Setiap Kota pada Bagan Koordinat
            Tabel 4-4:
            Kedudukan Setiap Sumber Bahan Buku dan Pasar pada Bagan Koordinat
           

X
y
Ketaun (S1)
Lebongdonok (S2)
Tais (P1)
Lubuklinggau (P2)
3 ½
4
5 ¼
5 ½
4
4 ½
2
4
Langkah ke 3: Menentukan Nilai Tengah Jumlah Bahan yag Diangkut. Jumlah seluruh tembikar yang akan diangkut selama satu tahun adalah 20.000kg. Nilai tengah dari jumlah ini adalah 20.000/2 = 10.000. Karena jumlah tembikar yang akan diangkut ini adalah bilangan genap maka terdapat dua buah median beban. Yaitu Kg ke-10.000 dan Kg ke-10.001.
Langkah ke 4: Menentukan Nilai Koordinat x dan Koordinat y Perusahaan atau Kilang yang Akan Didirikan. Penentuan koordinat x dan koordinat y perusahaan atau kilang yang akan didirika ditunjukkan pada Gambar 4.4. pertama-tama dimisalkan bahwa pengangkutan dilakukan dengan arah x (atau arah Barat-Timur). Berangkat dari titik asal 0, alat pengangkutan bergerak ke arah kanan (Timur). Pada tahap ini diandaikan bahwa alat pengangkut bukan berupa sebuah kendaraan bermotor melainkan berupa garis lurus membujur (garis xx pada gambar) sehingga jarak yang ditempuh adalah jarak setiap sarana operasi dan produksi ke garis membujur y, tanpa mempersoalkan jarak masing-masing ke sumbu mendatar x. Kota yang pertama sekali disinggahi adalah Ketaun (S1) pada x = 3 ½. Bahan yang diangkut adalah 6.000 Kg, yaitu Kg ke-1 sampai dengan ke-6.000. median beban, yaitu Kg ke-10.000 sampai ke -10.001, belum tercakup dalam rentang jumlah ini. Apabila median beban yang bersangkutan sudah berada pada rentang jumlah yang bersangkutan maka pengangkutan akan berhenti di kota Ketaun ini. Akan tetapi karena median beban belum terdapat pada beban yang sudah diangkut dari S1 ini maka perjalanan harus diteruskan. Kota berikutnya yang disinggahi adalah Lebongdonok (S2) dan dari kota ini jumlah bahan yang diangkut adalah 4.000 Kg. Apabila digabungkan dengan beban yang sudah diangkut dari Ketaun maka beban yang diangkut dari Lebongdonok adalah Kg ke-6.001 sampai dengan ke-10.000, karena beban yang diangkut dari Lebongdonok ini termasuk salah satu median beban, yaitu Kg ke-10.000. Akan tetapi karena masih ada satu lagi median beban yang belum termasuk di dalamnya, yaitu Kg ke-10.001, maka perjalanan masih harus dilanjutkan ke kota berikutnya, yaitu Tais (P1). Jumlah beban yang akan diangkut dari kota ini adalah 2.000 Kg yang apabila digabungkan dengan beban yang sudah diangkut dari keduaengan ke-12.000. karena pada beban yang sudah diangkut hingga saat ini sudah termasuk kedua median beban maka perjalanan harus berhenti di kota ini. Kota terakhir ini, yaitu kota dimana kedua median beban sudah terangkut, akan menjadi penentu bagi koordinat x kilang baru. Koordinat x kilang baru tersebut adalah sama dengan koordinatx kota terakhir ini, yaitu x = 5 ¼. Dengan demikian kilang baru itu harus berada pada x=5 ¼.
Arah pengangkutan yang lain adalah arah y (atau arah Selatan Utara). Pada tahap ini diandaikan bahwa alat pengangkut berupa garis lurus melintang (garis yy) sehingga yang diperhitungkan adalah jarak setiap sarana
 















Gambar 4.4:
Penentuan Tempat Kedudukan Kilang Baru
                        Operasi dan produksi yang ada ke sumbu melintang x, tanpa mempersoalkan jark masing-masing ke sumbu membujur y. berangkat dari titik asal 0 ke sebelah atas (utara), maka kota terdekat adalah Tais (P1) pada y=2. Beban yang diangkut dari Tais adalah 2.000 Kg, yaitu Kg ke-1 sampai dengan ke 2.000. karena median beban, yaitu Kg ke-10.000 dan ke-10.001, belum terdapat dalam jumlah bahan yang diangkut ini, maka perjalanan harus diteruskan. Kota berikutnya yang akan disinggahi adalah Ketaun (S1) dan Lubuklinggau (P2). Kedua kota ini mempunyai jarak yang sama terhadap sumbu melintang (atau keduanya mempunyai jarak y yang sama) sehingga alat pengangkut akan tiba di kedua tempat itu pada waktu yang bersamaan. Jumlah beban yang diagkut dari kedua kota ini adalah 6.000 kg + 8.000 Kg = 14.000 Kg. apabila digabungkan dengan beban yang sebelumnya diangkut dari Tais maka beban yang diangkut dari kedua kota ini adalah Kg ke-2.001 sampai dengan ke-16.000. karena median beban sudah berada pada tumpukan bahan yang diangkut ini maka perjalanan harus berhenti. Kota ini adalah kota terakhir yang harus disinggahi untuk memperoleh beban yang mengandung median beban itu dan dengan demikian koordinat y kota ini, yaitu y=4, menjadi koordinat y kilang yang akan didirikan. Dengan demikian koordinat y kilang baru itu adalah y=4.
Selanjutnya dapat disimpulakan bahwa tempat kedudukan kilang baru itu pada bagan koordinat yang ditunjukkan pada gambar 4.4 adalah pada x=5 ¼ dan y=4. Pendirian kilang baru pada titik ini akan memungkinkan biaya pengangkutan keseluruhan yang kan dibayar perusahaan menjadi sederhana munkin. Akhirnya dengan mengamati peta bumi Provinsi Bengkulu pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tempat kedudukan baru tersebut berada di antara Ketaun dan Lubuklinggau.
4.      Model penyebrangan atau pengangkutan liner programming
Model ini digunakan di dalam pemilihan sumber bahan baku yag akan dimanfaatkan atau pasar baru yang akan dilayani ataupun penentuan tempat kedudukan perusahaan.[9] Dalam penggunaan model ini unsur-unsur yang ada yaitu:
a.       Sumber-sumber yang menyediakan bahan-bahan dalam jumlah terbatas untuk diangkutan atau disebarkan.
b.      Tujuan-tujuan tempat yang memerlukan bahan-bahan yang dialokasikan dari sumber-sumber.
c.       Biaya-biaya pengangkutan setiap satuan jarak dari sumber ke tujuan.
Contoh:
Sebuah perusahaan tepung memiliki 2 gudang yang akan mengangkut ke pelanggan di 3 kota, analisislah biaya transportasi yang paling optimal bagi perusahaan. Dibawah ini terdapat bagan biaya transport dan kebutuhan dan persediaan.
Gudang
Pelanggan
Magelang
Ambarawa
Semarang
Persediaan

Klaten
Rp.10
Rp.15
Rp.11
130
Temaggung
Rp.8
Rp.12
Rp.14
120
Permintaan
50
100
100
250

Penyelesaian:
Alokasi pertama atas masalah di atas:
               Ke
Dari
Magelang
(M)
Ambarawa
(A)
Semarang
(S)
Persedian
Klaten (K)
             10
50
              15
80
              11

130
Temanggung (T)
             8
              12
20
              14
100

120
Permintaan
50
100
100
250

Biaya total untuk penyelesaian awal ini:
Alokasi
Jumlah Unit
Biaya per Unit
Biaya Total
K-M
50
Rp.10
Rp.500
K-A
80
Rp.15
Rp.1.200
T-A
20
Rp.12
Rp.240
Total=
Rp. 3.340
Untuk menentukan apakah aloksi di atas sudah optimal atau belum perlu dilakukan tes optimalisasi dengan mengevaluasi sel-sel yang masih kosong. Prosedur evaluasi sel ini dikenal sebagai stepping stone method.
X13 = X13 – X23 + X22 – X12 = 11 – 14 + 12 – 15 = -6
X11 = X21 – X11 + X12 – X22 = 8 – 10 +15 – 12 = 1
                            10
50
                             15
80
                             11
-6
                            8
1
                             12
20
                             14
100
Jalur stepping stone yang menghasilkan Xij negative terkecil menunjukkan bahwa sejumlah 80 unit dapat direlokasikan dalam putarannya. Karena pengurangan biaya adalah sebesar – Rp. 6 per unit, penghematan sebesar 80 x Rp.6 = Rp. 480 akan diperoleh dalam tabel berikut ini.

Iterasi Kedua
               Ke
Dari
(M)
(A)
(S)
Persediaan
(K)
                10
30
                15

               11
100

130
(T)
                 8
20
                12
100
               14

120
Permintaan
50
100
100
250
Walaupun alokasi telah diperbaiki, kita perlu melakukan evaluasi sel lagi sampai mencapai penyelesaian optimal.
X12 = X12 – X13 + X23 – X22 = 15 – 11 + 14 – 12 = 6
X21 = X21 – X11 + X13 – X23 = 8 – 10 + 11 – 14 = -5
                                10
50
                             15
6
                               11
80
                                8
-5
                             12
100
                               14
20
 Sejumlah 20 unit dapat direlokasikan dan akan menghasilkan penghematan biaya sebesar 20 x Rp.5 = Rp.100
Iterasi Ketiga
               Ke
Dari
(M)
(A)
(S)
Persediaan
(K)
                10
30
               15
               11
100         

130
(T)
                   8
20
               12
100
                 14

120
Permintaan
50
100
100
250
X12 = X12 – X22 + X21 – X11 = 15 – 12 + 8 – 10 = 1
X23 = X23 – X21 + X11 – X13 = 14 – 8 + 10 – 11 = 5
Karena evaluasi sel menghasilkan bilangan-bilangan positif dalam sel-sel kosong, alokasi hasil iterasi ketiga merupakan penyelesaian optimal. Program pengiriman optimal adalah:
Alokasi
Jumlah unit
Biaya per Unit
Biaya Total
K-M
30
Rp.10
Rp.300
K-A
100
Rp.11
Rp.1.100
T-A
20
Rp.8
Rp.160
T-S
100
Rp.12
Rp.1.200
Total=
Rp.2.760

5.      Model Lokasional
Model Lokasional yaitu medel yang mempertimbagkan unsur-unsur kuantitatif, atau sering juga disebut unsure-unsur objektif, maupun unsure-unsur kualitatis atau yang sering disebut unsure-unsur subyektif. Pengambilan putusa tempt kedudukan perusahaan dengan model lokasional dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:[10]
a.       Mengenali berbagai unsur yang mempengaruhi kegiatan yang akan dilaksanakan pada perusahaan yang akan didirikan
b.      Mengumpulkan berbagai keterangan yang menyangkut seluruh unsur kuantitatif
c.       Menetapkan nilai faktor-faktor kuantitatif (faktor-faktor objektif)
d.      Mengenali setiap daerah yang ditetapkan sebagai pilihan tempat kedudukan perusahaan yang akan didirikan.
e.       Menetapkan nilai faktor-faktor kualitatif (faktor-faktor subjektif)
f.       Memperbandingkan tingkat kepentingan atara faktor-faktor objektif dengan faktor-faktor subjektif
g.      Menentukan ukuran bagi daerah-daerah yang dipertimbangkan sebagai calon tempat kedudukan perusahaan yang bersangkutan.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat di atas dapat kami tarik kesimpulan :
1.      Dalam pengertian yang paling umum, tempat kedudukan perusahaan adalah letak geografis bangunan, mesin-mesin, dan peralatan-peralatanyag dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengolah barang-barang dan atau jasa-jasa.
Tempat kedudukan perusahaan atau kilang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Kegiatan pengolahan menyangkut pengubahan dan penggabungan berbagai jenis sumberdaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Berbagai jenis sumber daya yang dibutuhkan untuk pengolahan tentu saja tidak selalu berada pada, atau berasal dari, satu tempat tertentu saja. Untuk itu diperlukan kegiatan pengangkutan atau pemindahan agar seluruhnya dapat berada pada satu tempat, dan pada waktu, yang diinginkan.
2.      Faktor-faktor yang perlu dipertimbankan dalam pemilihan lokasi :
a.       Lingkungan masyarakat
b.      Kedekatan dengan pasar
c.       Tenaga kerja
d.      Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier
e.       Fasilitas dan biasa transportasi
f.       Sumberdaya alam
3.      Ada lima model dalam menentukan pemilihan lokasi
a.       Model analisis faktor-faktor Kualitatif
b.      Analisis titik impas
c.       Model median sederhana
d.      Model penyebaran atau pengangkutan linear programing
e.       Model lokasional
B.     Penutup
Demikian makalah ini kami buat. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan makalah ini kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk lebih baiknya makalah yang kami buat selanjutnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA
Pardede, Pontas M.2005.Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta : Andi Offset.

Kuliah-manajemen.blogspot.com/2009/12/tempat-kedudukan-perusahaan-plant.html?m=1, diakses  pada tanggal 20 oktober 2014 pukul 20.00 WIB

Handoko, T. Hani.2000.Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.


[1] Pontas M. Pardede, Manajemen Operasi dan Produksi, andi offset, Yogyakarta, 2005, hal. 105-106
[2] T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE-YOGYAKARTA, Yokyakarta, 2000, hal. 67
[3] Pontas M. Pardede, Op.Cit. hal. 112
[4] Ibid, hal. 113
[5] Ibid, hal. 117
[6] Ibid, hal. 118-119
[7] Ibid, hal. 120
[8] Ibid, hal. 121
[9] Kuliah-manajemen.blogspot.com/2009/12/tempat-kedudukan-perusahaan-plant.html?m=1, diakses pada tanggal 20 oktober 2014 pukul 20.00 WIB
[10] Pontas M. Pardede, Op.Cit. hal. 138

1 komentar:

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...