Selasa, 12 Mei 2015

INFLASI DAN PENGANGGURAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian dan macam Inflasi?
2.      Apa penyebab timbulnya Inflasi?
3.      Bagaimana cara perhitungan inflasi dan  apa pengaruh inflasi?
4.      Apa pengertian dan bentuk pengangguran?
5.      Apa saja penyebab pengangguran?
  1. Bagaimana hubungan pengangguran dan inflasi?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Macam Inflasi
1.      Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:[1]
a.       Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.
b.      Bersifat umum
Kenaikan  harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.
c.       Berlangsung terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
Lawan inflasi adalah deflasi yaitu suatu proses atau peristiwa penurunan tingkat harga umum. Seperti dalam inflasi dalam proses deflasi pun, mungkin sekelompok harga barang dan jasa itu naik dan sekelompok lainnya turun, tapi hasil akhirnya adalah turun, atau umumnya adalah turun. Harus diingat baik-baik bahwa inflasi maupun deflasi kedua-duanya adalah proses atau peristiwa, dan bukannya tingkat harga. Misalnya tingkat harga umum yang dianggap tinggi, belum menunjukkan inflasi jika hanya proses kenaikan harga.[2]
2.      Macam Inflasi
Ada berbagai macam inflasi, yaitu:
a.    Berdasarkan tingkat tingginya inflasi
1)   Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)
2)   Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun)
3)   Inflasi berat (antara 30% sampai 100% pertahun)
4)   Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)
b.    Berdasarkan Sebabnya
1)   Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat disebut Demand Inflation.
2)   Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi disebut Cost Inflation.
c.    Berdasarkan Asalnya
1)     Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation) adalah inflasi yang terjadi didalam negeri, umumnya disebabkan karena defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh percetakan uang baru, kenaikan upah, dll.
2)    Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor, yang terjadi karena kenaikan tarif impor barang atau karena tingginya biaya produksi di luar negeri.[3]

B.     Penyebab Timbulnya Inflasi
1.      Inflasi akibat tarikan permintaan dan desakan biaya
a.       Inflasi akibat tarikan permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi terjadi karena jumlah barang yang diminta secara total (aggregate demand atau AD) melebihi jumlah barang yang ditawarkan dalam perekonomian (aggregate supply atau AS) dengan kata lain, permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa tertentu selalu mengalami peningkatan sementara di sisi lain kapasitas produksi tetap atau tidak dapat ditingkatkan.
b.      Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Terjadi akibat adanya kelangkaan distribusi. Walaupun tidak ada permintaan yang meningkat secara signifikan. Yang memicu terjadinya kenaikan harga ialah karena ketidaklancaran arus distribusi atau berkurangnya barang yang di produksi yang tersedia pada rata rata permintaan normal. Hal ini juga dapat terjadi karena naiknya biaya produksi.[4]
2.      Inflasi menurut teori kuantitas
Menurut teori kuantitas ada dua penyebab terjadinya inflasi:
a.       Jumlah uang yang beredar (JUB) melebihi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b.      Harapan psikologi akan terjadinya kenaikan harga di masa yang akan datang memperparah terjadinya inflasi.
Jumlah uang beredar yang berlebihan merupakan pendorong utama terjadinya inflasi, baik uang kartal maupun uang giral. Ada beberapa sebab terjadinya kelebihan JUB, diantaranya karena terjadinya defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dari mencetak uang. Semakin besar defisit anggaran pemerinyah yang dibiayai dari mencetak uang, maka inflasi yang terjadi semakin parah.
Selain jumlah uang beredar, harapan psikologi masyarakat mengenai harga di masa datang juga akan mengakibatkan inflasi. Apabila masyarakat mengharapkan dan memperkirakan bahwa harga di masa mendatang akan mengalami kenaikan, maka penambahan jumlah uang beredar akan direspon dengan membelanjaka uang yang diterima tersebut. Tindakan ini dilakukan masyarakat untuk menghindari kerugian dari memegang uag tunai dan membelanjakannya dalam bentuk barang. Kondisi ini akan makin parah apabila masyarakat sudah meyakini bahwa kenaikan harga dari waktu ke waktu makin besar sehingga masyarakat akan merespon dengan membelanjakan uangnya melebihi dari tambahan jumlah uang beredar.
3.      Inflasi akibat perang
Kenaikan jumlah uang beredar juga dapat disebabkan oleh perang atau ketidaksetabilan politik suatu negara. Dalam kondisi perang dan ketidaksetabilan politik, pemerintah membutuhkan biaya yang besar. Apabila pendanaannya dibiayai dengan mencetak uang baru maka ini akan memicu terjadinya inflasi. Inflasi jenis ini disebut dengan inflasi perang (war inflation). Contoh konkrit dari inflasi ini pernah dialami oleh Amerika Serikat. Pada saat perang dunia II, Amerika Serikat telah mengambil tindakan moneter untuk mencegah terjadinya ekspansi kredit bank. Ini berarti bahwa untuk membiayai defisit anggaran, pemerintah membiayainya dengan menjual obligasi kepada masyarakat, dan bukan pada bank. Akibatnya hal ini menimbulkan tekanan yang kuat pada suku bunga, karena masyarakat hanya akan bersedia membeli obligasi dengan tingkat suku bunga yang sedemikian tinggi (harga obligasi menjadi murah).[5]



4.      Inflasi menurut teori Keynes
Menurut Keynes, Inflasi terjadi karena beberapa kelompok masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya secara ekonomi. Kelompok masyarakat ini dapat dibedaka menjadi 3 kelompok, yaitu:
a.       Pemerintah
b.      Pengusaha swasta
c.       Serikat buruh

C.    Cara Perhitungan Inflasi dan Pengaruh Inflasi
1.      Cara Perhitungan Inflasi
Inflasi pada dasarnya mengukur perubahan kenaikan harga dari waktu ke waktu, baik bulanan, triwulan, kuartalan, maupun tahunan. Angka indeks biaya hidup mencatat perubahan harga barang-barang dan jasa-jasa sehingga dapat menentukan kondisi inflasi (kenaikan harga) ataupun deflasi (penurunan harga). Salah satu angka indeks yang dipakai untuk menghitung inflasi adalah angka indeks Laspeyres:
L = ∑ PnQ0   x 100
      ∑ P0Q0
L          : Indeks Laspeyres
Pn         : Indeks harga barang tahun perhitungan
P0           : Indeks barang dan jasa tahun dasar (base year)
Q0          : Jumlah barang dan jasa pada tahun dasar
            Tahun dasar merupakan tahun basis yang digunakan sebagai dasar perhitungan perubahan harga, yang biasanya diberi nilai 100. Pada tahun berikutnya, apabila indeksnya lebih besar dari 100 berarti terjadi kenaikan harga, sebaliknya apabila nilainya kurang dari 100 berarti terjadi penurunan harga. Penentuan tahun dasar haruslah memiliki alasan yang sangat rasional karena digunakan sebagai tahun dasar perhitungan.[6]
2.      Pengaruh Inflasi
Sebenarnya siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan terjadinya inflasi? Inflasi akan menguntungkan bagi kelompok yang memiliki uang yang lebih karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada asset tanah, rumah dan dialokasikan di pasar uang. Bentuk-bentuk asset tersebut akan mengalami kenaikan harga yang jauh lebih cepat daripada bentuk asset tersebut. Sebaliknya kelompok pendapatan rendah akan mengalami penurunan daya beli uang yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang yang dimiliki akan mengalami penurunan daya beli sehingga secara riil pendapatan orang tersebut akan mengalami penurunan seiring kenaikan inflasi. Pendapatan riil merupakan pendapatan nominal dibagi dengan perubahan harga, atau dapat dituliskan:
Yriil = Ynom
               P
Keterangan :
Yriil     : pendapatan riil
Ynom  : pendapatan nominal
P          : perubahan harga
Peminjam uang (debitur) akan diuntungkan apabila terjadi inflasi, terlebih apabila pinjamannya dalam jangka panjang. Misalnya jumlah pinjamannya 100 juta rupiah dengan tingkat bunga 10 persen per tahun. Apabila selama setahun tingkat inflasi adalaha 30 persen, maka debitur tersebut diuntungkan paling tidak karena nilai uang 100 juta setahun sekarang lebih rendah daripada nilai uang tersebut setahun silam.[7]

D.    Pengertian dan Bentuk Pengangguran
1.      Pengertian Pengangguran
Pengangguran (unemployment) merupakan masalah yang selalu hampir ada dalam setiap perekonomian, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja.[8] Pengagguran tidaklah selalu identik dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Orang yang sudah memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga dapat digolongkan sebagai pengangguran karena konsep pengangguran dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
a.       Waktu
b.      Intensitas pekerjaan
c.       Produktivitas
Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah pengagguran apabila pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya sehingga hasil akhir dari pekerjaannya dibawah produktivitas yang seharusnya.
2.      Bentuk Pengangguran
Edgar O. Edwards menggolongkan pengangguran menjadi lima bentuk, yaitu:
a.       Pengangguran terbuka (open unemployment)
Pengangguran terbuka dapat dibagi menjadi dua, yaitu:[9]
1)      Pengangguran sukarela
Pengangguran sukarela merupakan kelompok angkatan kerja yang memilih tidak bekerja karena tidak tersedia digaji pada jumlah tertentu maupun mengharapkan pekerjaan yang lebih baik.
2)      Pengangguran terpaksa
Pengangguran terpaksa merupakan kelompok angkatan kerja yang bersedia bekerja tetapi belum mendapatkan pekerjaan.
Besarnya tingkat pengangguran terbuka, dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran terbuka dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pengangguran Terbuka = pengangguran terbuka  x 100
                                                                 Angkatan Kerja
b.      Setengah pengangguran (underemployment)
Tenaga kerja yang termasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga kerja yang lamanya bekerja (dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang dari yang seharusnya mereka bisa kerjakan. Misalnya orang yang sudah memiliki pekerjaan, tetapi orang tersebut malas-malasan, datang terlambat, maupun mendahului pulang.
c.       Bekerja secara tidak penuh
1)      Pengangguran tak kentara (disguised unemployment)
Contoh pengangguran tak kentara adalah petani yang bekerja di sawah selama sehari penuh dari pagi sampai sore. Bila dilihat dari jumlah pekerjaan yang harus dikerjakan di sawah, pekerjaan tersebut tidaklah perlu dilakukan sehari penuh, melainkan cukup setengah hari saja.
2)      Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)
Penyebab penagngguran tersembunyi adalah orang yang bekerja tidak sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikannya sehingga orang tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal.
3)      Pensiun awal
Pensiun awal memiliki tujuan tertentu, misalnya untuk memberi kesempatan tenaga kerja baru yang memiliki pemikiran yang lebih aplikatif maupun mengurangi tenaga kerja tua yang produktivitasnya mulai menurun.
d.      Tenaga kerja lemah (impaired)
Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan bekerja secara penuh, tetapi intensitasnya rendah. Jenis pengangguran ini dikarenakan kurang gizi maupun menderita penyakit tertentu.
e.       Tenaga kerja tidak produktif
Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah memiliki pekerjaan dan mampu bekerja secara produktif, tapi karena kurangnya fasilitas yang dimiliki perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan pekerjaan yang tidak memuaskan. Misalnya mesin yang dimiliki sudah usang, kondisi pabrik yang tidak nyaman, maupun bahan baku yang tidak tersedia secara rutin.

E.     Penyebab Pengangguran
1.      Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi masalah pembangunan yang serius apabila penduduk tersebut tidak memiliki keahlian dan perekonomian tidak mampu menyerapnya di pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan kemampuan perekonomian menyediakan lapangan pekerjaan akan menyebabkan terjadinya pengangguran. Pertumbuhan penduduk di negara berkembang yang lebih tinggi daripada begara maju merupakan salah satu pemicu terjadinya pengangguran, selain kemampuan negara maju yang mampu menyediakan kesempatan kerja bagi penduduknya.[10]
2.      Rendahnya laju investasi produktif
Rendahnya invstasi di negara berkembang merupakan salah satu penyebab rendahnya kesempatan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Meskipun sumber daya alam yang dimiliki melimpah, tetapi kapasitas produksi dan sumber daya yang ada belum digunakan secara penuh (underemployment) sehingga terjadi idle capacity.
3.      Siklus bisnis yang melemah
Dalam siklus bisnis ada gelombang fluktuasi kegiatan ekonomi secara umum yang dikenal sebagai gelombang konjungtur. Siklus bisnis secara actual diukur dari GNP riil yang merupakan nilai pasar dari barang dan jasa yang dihasilkan selama satu tahun. Pada saat puncak kegiatan bisnis (peak), kebutuhan akan tenaga kerja sangat besar sehingga pada kondisi ini jumlah pengangguran relatif rendah. Setelah kondisi puncak, siklus bisnis mengalami kelesuan da pada kondisi puncak kelesuan (trough) kebutuhan akan tenaga kerja sangat sedikit, sehingga tenaga kerja yag ada tidak dipekerjakan sehingga mengalami pengangguran. Ada kalanya pengangguran semacam ini bersifat haya sementara saja selama kondisi siklus bisnis mengalami kelesuan.
4.      Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat
Pengangguran dapat terjadi karena masyarakat tidak mampu memanfaatkan kesempatan kerja yang tersedia. ketidakmampuan dalam memanfaatkan kesempatan kerja tersebut, salah satunya disebabkan oleh ketidaksesuaian keahlian yang dibutuhkan dengan keahlian tenaga kerja yang dimiliki. Di sebagian negara berkembang, rendahnya keahlian angkatan kerja dikarenakan rendahnya kualitas pendidikan yang diperoleh masyarakat.
Dengan demikian, kesempatan kerja yang tersedia itu akan dimanfaatkan oleh tenaga kerja yang berasal dari luar daerah tersebut atau bahkan dari luar negeri. Pengagguran yang terjadi disebabkan karena rendahnya kualitas pendidikan dari angkatan kerja yang bersangkutan, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal.[11]

5.      Strategi industri yang labor saving
Kemajuan teknologi yang terjadi di satu sisi mengakibatkan meningkatnya jumlah outpun yang mampu dihasilkan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Disisi lain, kemajuan teknologi kadang juga diikuti dengan penghematan penggunaan tenaga kerja (labor saving) pada suatu proses produksi dan menggunakan modal secara intensif (capital intensive) yang pada akhinya akan menimbulkan pengangguran.
Dalam buku pengantar teori makroekonomi disebutkan bahwa faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin banyak barang dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat perhubungan yang erat di antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan, semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.[12]
Telah diterangkan dalam uraian sebelum ini bahwa pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agregat ini adalah faktor penting yang menimbulkan pengangguran. Disamping itu faktor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran adalah :
1.      Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik.
2.      Pengusaha menggunakan peralatan produksi modern yang mengurangi penggunaan tenaga kerja
3.      Ketidaksesuaian  diantara ketrapilan pekerja yang sebenernya dengan ketrampilan yang diperlukan dalam industi-industri

F.     Hubungan Pengangguran dan Inflasi
Inflasi dan pengagguran merupakan dua masalah ekonomi yang sangat kursial, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Lebih parah lagi, antara inflasi dan pengangguran sering kali terjadi trade-off pada saat yang bersamaan, artinya apabila kebijakan pemerintah diarahkan untuk menurunkan inflasi, maka pengangguran akan mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila pemerintah ingin menurunkan pengangguran, maka inflasi akan meningkat.[13]
Mekanisme transmisinya jelas, pembangunan memerlukan investasi dan peningkatan pengeluaran pemerintah yang mengakibatkan permintaan efektif barang dan jasa meningkat. Peningkatan permintaan efektif tanpa diikuti perluasan kapasitas produksi akan mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa. Pengangguran dapat memperlunak laju inflasi di suatu negara karena dengan adanya pengangguran, maka daya beli masyarakat akan menurun sehingga akan mengurangi permintaan efektif yang pada akhirnya menurunkan harga.
Kenaikan harga barang dan jasa secara akumulatif dari waktu ke waktu akan mengakibatkan kemampuan daya beli masyarakat akan menurun. Penurunan ini akan berdampak pada bergesernya permintaan efektif masyarakat sehingga barang dan jasa yang dihasilkan tidak terbeli. Kondisi ini selanjutnya akan berdampak pada pengangguran produksi oleh perusahaan yang tentunya konsekuensi langsungya adalah pengangguran tenaga kerja. Pengangguran tenaga kerja secara akumulatif akan menambah angka pengagguran, baik pengangguran sementara maupun pengangguran permanen. Pengangguran jelas akan mengakibatkan kemiskinan, atau metode trasmisinya tergambar pada Gambar dibawah ini.[14]


 




Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil.
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Macam Inflasi, Ada berbagai macam inflasi, yaitu:
a.       Berdasarkan tingkat tingginya inflasi: Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun), Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun), Inflasi berat (antara 30% sampai 100% pertahun), Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)
a.       Berdasarkan Sebabnya : Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat disebut Demand Inflation, dan Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi disebut Cost Inflation.
b.      Berdasarkan Asalnya: inflasi dalam negeri dan inflasi luar negeri
2.      Penyebab Timbulnya Inflasi: Inflasi akibat tarikan permintaan dan desakan biaya, Inflasi menurut teori kuantitas, Inflasi akibat perang
  1. Cara penghitungan inflasi: Salah satu angka indeks yang dipakai untuk menghitung inflasi adalah angka indeks Laspeyres:
L = ∑ PnQ0   x 100
      ∑ P0Q0
Pengaruh Inflasi: Sebenarnya siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan terjadinya inflasi? Inflasi akan menguntungkan bagi kelompok yang memiliki uang yang lebih karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada asset tanah, rumah dan dialokasikan di pasar uang.
4.      pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja.
Bentuk pengangguran: Pengangguran terbuka (open unemployment), Setengah pengangguran (underemployment),bekerja setengah terpaksa, Tenaga kerja lemah (impaired), Tenaga kerja tidak produktif.
5.      Penyebab Pengangguran: Pertumbuhan penduduk yang tinggi, Rendahnya laju investasi produktif, Siklus bisnis yang melemah, Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat, strategi industry yang labour saving.

  1. Hubungan Pengangguran dan Inflasi
Inflasi dan pengagguran merupakan dua masalah ekonomi yang sangat kursial, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Lebih parah lagi, antara inflasi dan pengangguran sering kali terjadi trade-off pada saat yang bersamaan, artinya apabila kebijakan pemerintah diarahkan untuk menurunkan inflasi, maka pengangguran akan mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila pemerintah ingin menurunkan pengangguran, maka inflasi akan meningkat.

B.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami susun dan kami sampaikan, semoga dapat menambah wawasan bagi kita semua. Kami sadar makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami nantikan demi perbaikan makalah ini.





















DAFTAR PUSTAKA

Ace Partadiredja. 2002.  Pengantar Ekonomika. Yogyakarta:BPFE.
Boediono. 2001. Ekonomi Makro. Yogyakarta:BPFE.
Pratahma Raharja dan Mandala Manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. 
Jakarta: LPFEUI.
Suparmono. 2002. Pengantar Ekonomika Makro. Yogyakarta:YKPN.
Sadono Sukirno. 2002.Pengantar Teori Makroekonomi.  Jakarta:Raja Grafindo Persada.



[1]   Pratahma Raharja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar,  Jakarta, LPFEUI, 2005, hlm., 175-176
[2]  Ace Partadiredja, Pengantar Ekonomika, Yogyakarta, BPFE, 2002, hlm., 132
[3] Boediono, Ekonomi Makro, Yogyakarta, BPFE, 2001, hlm., 155-159
[4] Suparmono, Pengantar Ekonomika Makro, Yogyakarta, YKPN, 2002, hlm., 128-134
[5] Ibid, hlm., 136
[6] Ibid, hlm.,137
[7] Ibid, hlm., 142
[8] Ibid, hlm., 164
[9] Ibid, hm., 165
[10] Ibid, hlm., 166
[11] Ibid, hlm., 169
[12] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm., 14
[13] Suparmono, Op. Cit., hlm., 169
[14] Ibid, hlm., 171

2 komentar:

  1. Inflasi terus menggerus! memang udah saatnya pinter-pinter deh atur duit.. Baca artikel ini agar terhindar dari inflasi.
    investasi yang aman dari inflasi

    BalasHapus
  2. permisi numpang promo yah,
    Agen Casino Terbesar di Indonesia !
    VAZBET - Agen SBO Casino
    Menyediakan Promo tahun baru 2019!
    - Untuk new member Deposit minimal 50.000 dapat bonus 20%!
    - Sedang kurang hoki? kami berikan cashback sebesar 5% dari total kekalahan mingguan !
    (min total kekalahan 500rb)
    - Bonus next deposit 5% dengan minimal deposit 50rb !

    WA: +855 878 795 20
    Website: WWW . VAZBETGAME . COM

    BalasHapus

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...