BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kualitas
produk dapat diartikan sebagai kesesuaian atau kepuasan biaya, penyampaian,
keselamatan. Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen
untuk konsumen atas suatu produk. Kepuasan tersebut mencakup kualitas produk, berbagai
jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas telah menjadi
bagian kekuatan yang penting yang membuahkan keberhasilan .
Setiap, perusahaan
dalam memproduksi barang (jasa) bertujuan mencari keuntungan melalui penjualan
barang (jasa) kepada konsumen sesuai dengan harga dan mutu yang direncanakan.
Dengan demikian, diharapkan perusahaan dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan
bahkan mengembangkan usahanya.
Terdapat kaitan erat antara mutu, suatu produk dengan proses
produksinya. Suatu produk dibuat melalui proses pengolahan dari bahan baku
menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi (finished goods)
berdasarkan mutu yang diciptakan. Secara umum pengertian produksi adalah suatu
proses di mana barang atau jasa diciptakan. Proses produksi terjadi karena
adanya interaksi antara berbagai faktor produksi seperti input (berupa bahan
baku, tenaga kerja, mesin, dan sebagainya) bersatu padu untuk menciptakan
barang (jasa) yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna yang lebih tinggi yang
diperlukan konsumen.Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk
menguraikan apa saja faktor yang penentu mutu produk.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Desain Proses
Produksi
Mutu Produk merupakan tanggung jawab
seluruh lini organisasi (organizational wide). Ada enam dimensi mutu produk
diantaranya;[1]
1.
Kinerja
(performence)
Kinerja suatu produk harus dicantumkan pada labelnya, misalnya isi,
berat, kekentalan, komposisi, kekuatan dalam putaran (RPM), serta lama hidup
penggunaan.
2.
Keistimewaan
(Types of Features)
Produk bermutu yang mempunyai keistimewaan khusus dibandingkan
dengan produk lain.
3.
Kepercayaan dan
Waktu (Reliability and Durability)
Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja yang
konsisten baik dalam batas-batas perawatan normal.
4.
Mudah Dirawat
dan Diperbaiki (Maintainability and Serviceability)
Produk bermutu baik harus pula memenuhi kemudahan untuk diperbaiki
atau dirawat.
5.
Sifat Khas
(Sensory Characteristic)
Untuk beberapa jenis produk mudah dikenal dari wanginya, bentuknya,
rasanya, atau suaranya.
6.
Penampilan dan
Citra Etis
Dimensi
lain dari produk yang bermutu adalah persepsi konsumen atas suatu produk.
Organisasi yang membuat nilai tambah
(value added) dari input melalui proses pengolahan sehingga menjadi output.
Bila hal ini digambarkan akan berbentuk seperti Gambar berikut ini.
|
||||||
Proses
Kerja:
Metode
Pengawasan:
Gambar.
Proses kerja dan metode pengawasan
B.
Unsur Dasar
Yang Mempengaruhi Hasil
Terdapat 6 unsur dasar yang mempengaruhi
hasil (output), yakni;
1.
Manusia
Sumber daya
manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses penambahan nilai
(value added). Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas (task) adalah
kemampuan (ability), pengalaman, pelatihan (training), dan potensi kreativitas
yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil (output).
2.
Metode (Method)
Hal ini meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus
melaksanakan kerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing
individu. Metode ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
3.
Mesin
(Machines)
Mesin atau
peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi output.
4.
Bahan
(Materials)
Bahan baku yang
diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi output, jenisnya
sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai
output yang beragam pula.
5.
Ukuran
(Measurement)
Dalam setiap
tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap
tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya.
6.
Lingkungan
(Environment)
Lingkungan di
mana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja proses
produksi.[2]
C.
Beberapa Faktor
Penentu Mutu Produk
Mutu suatu barang atau jasa
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya pulpen yang selalu Anda pakai
menulis surat atau segala macam catatan pribadi, dan pulpen teman-teman anda
bisa berbeda satu sama lain. perbedaan tersebut antara lain, bisa saja pulpen
yang satu dibuat dari metal sedangkan yang lain dari plastik. Kita tahu bahwa
pulpen plastik dan pulpen metal tentunya tidak sama dalam mutu dan barangnya.
Dengan perkataan lain bahwa bahan baku pembuat barang mempunyai pengaruh
terhadap mutu barang.[3]
Oleh karena itu, kita akan membahas
mutu barang atau jasa ditinjau dari sisi produsen, di mana mutu produk
dipengaruhi oleh berbagai hal berikut:
1.
Mutu dan Bentuk
Barang (Designing)
Dalam kehidupan kita ternyata
terdapat berbagai jenis barang yang mutunya dipengaruhi oleh bentuknya.
Walaupun memang untuk barang-barang tertentu bentuknya tidak pernah berbeda dan
tidak pernah berubah serta tidak ada hubungannya dengan mutu barang tersebut.
Barang yang mutunya dipengaruhi oleh
bentuk rancangannya, misalnya mobil. Mengapa demikian? Konon bentuk “muka
mobil” yang datar akan mendapat halangan yang besar dari udara atau angin,
sehingga lajunya kurang baik dan boros bensin. Akan tetapi, bila bentuk body
mobil tersebut lancip maka kurang mendapat hambatan udara atau angin, sehingga
lajunya pun lancar dan tidak boros bensin. Hal itu berarti bahwa mobil yang
lancip (streamline) lebih baik dibandingkan mobil yang tidak lancip. Hal serupa
berlaku untuk bentuk rancangan pesawat terbang.
2.
Mutu dan Jenis
Bahan Baku yang Digunakan
Mutu suatu barang banyak dipengaruhi
oleh bahan baku yang digunakan untuk membuat barang bersangkutan. Di
duniabisnis, memang terdapat ragam bahan baku yang dibedakan satu sama lain
dari jenis dan mutunya, misalnya tempe yang baik bila 100% bahannya dari kacang
kedelai nomor satu. Artinya kacang kedelai yang merupakan bahan baku tempe
tersebut telah dipilih agar mutunya baik. Sedangkan tempe yang mutunya kurang
baik, bila bahan bakunya tidak semuanya kedelai tetapi dicampur kacang lain. di
samping mutu kacang kedelainya bukan kacang kedelai pilihan. Demikian pula
produk-produk yang lain dipengaruhi bahan bakunya.
3.
Proses
Pembuatan Mempengaruhi Mutu Barang yang Dihasilkan
Proses pengolahan dipengaruhi pula
oleh teknologi yang digunakan, misalnya walaupun biji kopi pilihan digunakan
untuk membuat kopi serbuk, namun bila mesin penggilingnya kurang baik (suhu
tidak bisa diatur dan gilingannya tumpul), maka serbuk kopi yang dihasilkan pun
bukan kopi yang baik, tapi kopi dengan mutu yang jelek.
Teknologi yang digunakan dalam
proses produksi mempengaruhi pula mutu produk yang dihasilkan. Untuk memberi
gambaran yang jelas tentang bahan-bahan dan proses produksi yang mempengaruhi
mutu produk jadi, berikut ini akan diterangkan secara lebih rinci.
Bila dibuat diagramnya, maka proses
pembuatan suatu barang adalah sebagai berikut.
a.
Satu Tahap
Proses Produksi
Limbah Industri
b.
Lebih dari Satu
Tahap Proses Produksi
Selain dari proses produksi hanya 1
tahap saja, maka ada pula proses produksi bertahap, artinya lebih dari satu
tahap. Misalnya, membuat tape singkong: bahan baku singkong setelah dikupas
lalu direbus (tahap I). Setelah singkong rebus ditiriskan, lalu dibubuhi ragi
untuk fermentasi (tahap II). Setelah fermentasi, beberapa hari, maka diperoleh
tape singkong.
|
|
|
||||||
Teknologi dan Proses Proses Produksi
Produksi
Seperti telah diterangkan di atas,
bahwa mutu barang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Bila bahan baku
yang digunakan bermutu baik, disertai dengan proses produksi yang baik,
hasilnya adalah barang bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu
baik tidak akan selalu menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses
pembuatan pun akan mempengaruhi mutu barang yang dihasilkan.[4]
Hubungan Bahan Baku-Proses
Produksi-Mutu Barang Jadi
Bahan Baku
|
Proses
Produksi (Teknologi)
|
Mutu Barang
Jadi
|
-
Bermutu baik
|
baik
|
baik
|
-
Bermutu tidak
baik
|
baik
|
tidak baik
|
-
Bermutu baik
|
tidak baik
|
tidak baik
|
-
Bermutu tidak
baik
|
tidak baik
|
tidak baik
|
4.
Mutu Berkaitan
dengan Cara Pengangkutan dan Pembungkusan
Apakah ada faktor lain yang
menyebabkan suatu produk tidak bermutu? Hal ini bisa terjadi, misalnya pengaruh
dari carapengangkutan atau cara distribusi yang kurang baik atau terdapat
pembungkus yang rusak, sehingga barang yang diterima di tingkat pengecer,
kondisi fisik atau sifat dari produknya telah berubah. Jadi cara pengangkutan
barang mempunyai pengaruh terhadap mutu barang.
Untuk menjaga mutu produk tetap baik
harus digunakan pembungkus (packaging) yang cocok dan baik. Bila pembungkusnya
“tahan banting”, biasanya kecil kemungkinan terjadi kerusakan barang.
Cara pengangkutan dari
pabrik-agen-konsumen harus digunakan sistem angkutan yang cocok dan aman bagi
keutuhan mutu produk.[5]
5.
Mutu dengan
Perkembangan Teknologi dan Cara Pelayanan
Kembali kepada tujuan membuat barang
dengan mutu yang baik adalah agar barang tersebut laku dipasar. Namun demikian
bisa saja terjadi, walaupun mutu barang baik, tetapi tidak laku di pasar.
Apakah sebabnya? Sebabnya bisa berbagai hal antara lain sebagai berikut:
a.
Barang tersebut
tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi yang ada.
b.
Pelayanan
menjual jelek, misalnya para pelayan di tingkat pengecer kurang ramah pada
pembeli. Di negeri maju, pelayanan menjual merupakan sarana yang dipentingkan
agar barang yang dijual dapat laku keras. Di sana para pelayan toko benar-benar
sangat ramah terhadap pembeli, bahkan mereka diwajibkan memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pembeli. Pembeli adalah raja!
c.
After sales
service (jasa pelayanan purnajual) juga mempengaruhi mutu keseluruhan barang,
artinya produk-produk tanpa pelayanan penjualan dapat dianggap produk yang
tidak bermutu secara umum dan dihindari konsumen. Hal ini terutama untuk
barang-barang elektronik, seperti radio, TV, kulkas, mobil, dan lain-lain.
Mereka para konsumen hanya akan membeli barang, bila barang tersebut mudah
diperbaiki.
D.
Studi Kasus
Hubungan Mutu Dengan Biaya Produksi
Telah diterangkan di atas bahwa
untuk beberapa barang manufaktur terdapat tahap-tahap proses pembuatan sejak
mulai bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Terdapat hubungan
antara bahan baku dan teknologi yang digunakan dengan tingkat mutu barang akhir.
Ada pun mengetahuinya bahwa bahan baku yang baik tentunya harga per unitnya pun
lebih mahal dibandingkan bahan baku sejenis dengan mutu yang lebih rendah. Dari
segi bahan baku saja, dapat disimak bahwa harga bahan baku yang lebih mahal
dapat menghasilkan mutu barang akhir yang lebih. Namun, akibatnya kita ketahui
pula, bahwa barang yang bermutu baik berarti biaya bahannya pun lebih mahal
pula. Hal ini berarti bahwa harga barang jadi yang mutunya baik, harga jualnya
pun akan lebih mahal pula.[6]
Kasus mengenai hal itu dapat
dikemukakan berikut ini:
a)
Pada perusahaan
kecap (baik kecil, menengah, maupun besar) bahan baku utama yang digunakan
adalah kacang kedelai, gula merah, garam, dan bumbu aroma penyedap. Bila
bahan-bahan baku yang digunakan bermutu baik maka hasilnya kecap dengan mutu
nomor 1 (satu). Tetapi bila bahan-bahan baku yang digunakan tersebut bermutu
sedang-sedang saja, maka mutu kecapnya menjadi no. 2 (dua). Namun, bahan-bahan
baku yang mutunya bagus, biasanya harganya mahal, sehingga kecap no. 1
tersebut, tentu harganya pun mahal atau lebih mahal daripada kecap dengan mutu
no. 2 (dua).
b)
Jasa pangkas
rambut pun bisa berbeda satu sama lain, karena fasilitas dan peralatan yang
digunakan tidak sama. Jadi, harga potong rambutnya pun bisa berbeda pula.
Mereka yang menggunting rambut dengan peralatan dan fasilitas lebih baik,
harganya lebih mahal dibandingkan dengan tukang cukur di kaki lima misalnya.
Apalagi jika tempatnya ber-AC.
Hubungan
Mutu dengan Teknologi yang Digunakan
Mutu suatu produk bukan saja
dipengaruhi oleh mutu bahan baku yang digunakan, tetapi juga dipengaruhi oleh
proses pembuatannya. Artinya mesin untuk memproses bahan baku menjadi barang
jadi akan mempengaruhi mutu barang. Tentu saja teknologi (atau mesin) yang
lebih mutakhir atau canggih selalu menghasilkan mutu barang yang lebih baik,
dan mesin baru selalu harganya lebih mahal. Ini berarti bahwa biaya produksi
pembuatan barang bersangkutan menjadi lebih mahal pula. Namun demikian,
penggunaan teknologi (mesin) baru mempunyai kapasitas (daya) produksi yang
lebih besar. Artinya jumlah barang jadi yang dihasilkan dapat lebih banyak pula
di samping mutu barang yang dihasilkan dapat lebih baik.
Membuat adonan kue secara manual
(yakni dikocok pakai tangan) lebih lama dan jumlah adonan yang dihasilkan dalam
waktu yang sama lebih sedikit. Tetapi dengan menggunakan mikser (pengocok
dengan tenaga listrik) selain hasil adonan lebih tercampur baik, jumlah adonan
yang dihasilkannya pun lebih banyak pula.
Jadi, penggunaan mesin (teknologi)
baru memberikan jumlah hasil dan mutu lebih baik, sedangkan biaya per unit
menjadi lebih murah, walaupun jumlah investasi/penanaman modalnya lebih besar.
E. Memilih Standar Mutu Eksternal
Penting untuk diingat bahwa memperoleh sebuah tanda atau
standar mutu tidak berarti sudah menjamin keberadaan mutu dengan sendirinya.[7]
Walaupun demikian, tanda atau standar mutu dapat menegakkan kedisiplinan,
penilaian eksternal, dan proses yang jelas untuk memperoleh mutu. Tanda atau
standar tersebut juga memiliki nilai publisitas potensial yang luar biasa dalam
suatu ilusi dan publik umum. Sebagai pemasaran internal mutu, pesan merupakan
hal yang sangat penting. Dan mendapatkan standar nasional maupun internasional,
merupakan nilai tambah yang bisa dipergunakan dalam penyampaian pesan tersebut.
Hadiah Deming, Hadiah Malcolm Baldridge dan penghargaan
mutu Eropa memiliki aplikasi TQM yang lebih dibandingkan BS5750/ISO 9000 dan
memiliki aplikasi yang lebih umum dibandingkan standar pelatihan dan
pengembangan yang ada dalam investor in
People. Beberapa institusi merasa lebih tertarik memperoleh tanda piagam
yang ada di dalam Piagam Citizen. Hadiah dan penghargaan tersebut bersama-sama
dengan BS7850, bisa menjadi elemen yang bisa bermanfaat sebagai kriteria audit
internal TQM. Dimasa mendatang beberaa institusi pendidikan akan mencurahkan perhatiannya
secara serius dalam menggunakan kriteria-kriteria tersebut.
[1]Suyadi Prawirosentono, Manajemen Mutu
Terpadu TQM Abad 21, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm., 11
[2]http://layyino.blogspot.co.id/2015/03/makalah-manajemen-mutu-faktor-penentu.html, diakses pada tanggal 8 Maret 2016, pukul
10.05 WIB
[3]Suyadi Prawirosentono, Op. Cit., hlm., 18
[7]Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan, IRCisoD, Yogjakarta, 2010, hlm., 154
Tidak ada komentar:
Posting Komentar