Rabu, 08 Juni 2016

FAKTOR PENENTU MUTU PRODUK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kualitas produk dapat diartikan sebagai kesesuaian atau kepuasan biaya, penyampaian, keselamatan. Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk konsumen atas suatu produk. Kepuasan tersebut mencakup kualitas produk, berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas telah menjadi bagian kekuatan yang penting yang membuahkan keberhasilan .
Setiap, perusahaan dalam memproduksi barang (jasa) bertujuan mencari keuntungan melalui penjualan barang (jasa) kepada konsumen sesuai dengan harga dan mutu yang direncanakan. Dengan demikian, diharapkan perusahaan dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan bahkan mengembangkan usahanya.
Terdapat kaitan erat antara mutu, suatu produk dengan proses produksinya. Suatu produk dibuat melalui proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi (finished goods) berdasarkan mutu yang diciptakan. Secara umum pengertian produksi adalah suatu proses di mana barang atau jasa diciptakan. Proses produksi terjadi karena adanya interaksi antara berbagai faktor produksi seperti input (berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan sebagainya) bersatu padu untuk menciptakan barang (jasa) yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna yang lebih tinggi yang diperlukan konsumen.Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menguraikan apa saja faktor yang penentu mutu produk.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Desain Proses Produksi
Mutu Produk merupakan tanggung jawab seluruh lini organisasi (organizational wide). Ada enam dimensi mutu produk diantaranya;[1]
1.      Kinerja (performence)
Kinerja suatu produk harus dicantumkan pada labelnya, misalnya isi, berat, kekentalan, komposisi, kekuatan dalam putaran (RPM), serta lama hidup penggunaan.
2.      Keistimewaan (Types of Features)
Produk bermutu yang mempunyai keistimewaan khusus dibandingkan dengan produk lain.
3.      Kepercayaan dan Waktu (Reliability and Durability)
Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja yang konsisten baik dalam batas-batas perawatan normal.
4.      Mudah Dirawat dan Diperbaiki (Maintainability and Serviceability)
Produk bermutu baik harus pula memenuhi kemudahan untuk diperbaiki atau dirawat.
5.      Sifat Khas (Sensory Characteristic)
Untuk beberapa jenis produk mudah dikenal dari wanginya, bentuknya, rasanya, atau suaranya.
6.      Penampilan dan Citra Etis
Dimensi lain dari produk yang bermutu adalah persepsi konsumen atas suatu produk.
Organisasi yang membuat nilai tambah (value added) dari input melalui proses pengolahan sehingga menjadi output. Bila hal ini digambarkan akan berbentuk seperti Gambar berikut ini.










Hasil
(Output)
 

Oval: Konsumen


 
Proses Kerja:







 



Metode Pengawasan:

Gambar. Proses kerja dan metode pengawasan

B.     Unsur Dasar Yang Mempengaruhi Hasil
Terdapat 6 unsur dasar yang mempengaruhi hasil (output), yakni;
1.      Manusia
Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses penambahan nilai (value added). Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas (task) adalah kemampuan (ability), pengalaman, pelatihan (training), dan potensi kreativitas yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil (output).
2.      Metode (Method)
Hal ini meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus melaksanakan kerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
3.      Mesin (Machines)
Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi output.
4.      Bahan (Materials)
Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi output, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai output yang beragam pula.


5.      Ukuran (Measurement)
Dalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya.
6.      Lingkungan (Environment)
Lingkungan di mana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja proses produksi.[2]

C.    Beberapa Faktor Penentu Mutu Produk
Mutu suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya pulpen yang selalu Anda pakai menulis surat atau segala macam catatan pribadi, dan pulpen teman-teman anda bisa berbeda satu sama lain. perbedaan tersebut antara lain, bisa saja pulpen yang satu dibuat dari metal sedangkan yang lain dari plastik. Kita tahu bahwa pulpen plastik dan pulpen metal tentunya tidak sama dalam mutu dan barangnya. Dengan perkataan lain bahwa bahan baku pembuat barang mempunyai pengaruh terhadap mutu barang.[3]
Oleh karena itu, kita akan membahas mutu barang atau jasa ditinjau dari sisi produsen, di mana mutu produk dipengaruhi oleh berbagai hal berikut:
1.      Mutu dan Bentuk Barang (Designing)
Dalam kehidupan kita ternyata terdapat berbagai jenis barang yang mutunya dipengaruhi oleh bentuknya. Walaupun memang untuk barang-barang tertentu bentuknya tidak pernah berbeda dan tidak pernah berubah serta tidak ada hubungannya dengan mutu barang tersebut.
Barang yang mutunya dipengaruhi oleh bentuk rancangannya, misalnya mobil. Mengapa demikian? Konon bentuk “muka mobil” yang datar akan mendapat halangan yang besar dari udara atau angin, sehingga lajunya kurang baik dan boros bensin. Akan tetapi, bila bentuk body mobil tersebut lancip maka kurang mendapat hambatan udara atau angin, sehingga lajunya pun lancar dan tidak boros bensin. Hal itu berarti bahwa mobil yang lancip (streamline) lebih baik dibandingkan mobil yang tidak lancip. Hal serupa berlaku untuk bentuk rancangan pesawat terbang.
2.      Mutu dan Jenis Bahan Baku yang Digunakan
Mutu suatu barang banyak dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan untuk membuat barang bersangkutan. Di duniabisnis, memang terdapat ragam bahan baku yang dibedakan satu sama lain dari jenis dan mutunya, misalnya tempe yang baik bila 100% bahannya dari kacang kedelai nomor satu. Artinya kacang kedelai yang merupakan bahan baku tempe tersebut telah dipilih agar mutunya baik. Sedangkan tempe yang mutunya kurang baik, bila bahan bakunya tidak semuanya kedelai tetapi dicampur kacang lain. di samping mutu kacang kedelainya bukan kacang kedelai pilihan. Demikian pula produk-produk yang lain dipengaruhi bahan bakunya.
3.      Proses Pembuatan Mempengaruhi Mutu Barang yang Dihasilkan
Proses pengolahan dipengaruhi pula oleh teknologi yang digunakan, misalnya walaupun biji kopi pilihan digunakan untuk membuat kopi serbuk, namun bila mesin penggilingnya kurang baik (suhu tidak bisa diatur dan gilingannya tumpul), maka serbuk kopi yang dihasilkan pun bukan kopi yang baik, tapi kopi dengan mutu yang jelek.
Teknologi yang digunakan dalam proses produksi mempengaruhi pula mutu produk yang dihasilkan. Untuk memberi gambaran yang jelas tentang bahan-bahan dan proses produksi yang mempengaruhi mutu produk jadi, berikut ini akan diterangkan secara lebih rinci.
Bila dibuat diagramnya, maka proses pembuatan suatu barang adalah sebagai berikut.




a.       Satu Tahap Proses Produksi



 


Limbah Industri
b.      Lebih dari Satu Tahap Proses Produksi
Selain dari proses produksi hanya 1 tahap saja, maka ada pula proses produksi bertahap, artinya lebih dari satu tahap. Misalnya, membuat tape singkong: bahan baku singkong setelah dikupas lalu direbus (tahap I). Setelah singkong rebus ditiriskan, lalu dibubuhi ragi untuk fermentasi (tahap II). Setelah fermentasi, beberapa hari, maka diperoleh tape singkong.








Bahan Baku dan Faktor Produksi Lain
 

Barang Setengah Jadi
 

Barang Jadi
 

 
                     Teknologi dan Proses                               Proses Produksi
                                 Produksi


Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu barang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Bila bahan baku yang digunakan bermutu baik, disertai dengan proses produksi yang baik, hasilnya adalah barang bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu baik tidak akan selalu menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses pembuatan pun akan mempengaruhi mutu barang yang dihasilkan.[4]






Hubungan Bahan Baku-Proses Produksi-Mutu Barang Jadi
Bahan Baku
Proses Produksi (Teknologi)
Mutu Barang Jadi
-          Bermutu baik
baik
baik
-          Bermutu tidak baik
baik
tidak baik
-          Bermutu baik
tidak baik
tidak baik
-          Bermutu tidak baik
tidak baik
tidak baik

4.      Mutu Berkaitan dengan Cara Pengangkutan dan Pembungkusan
Apakah ada faktor lain yang menyebabkan suatu produk tidak bermutu? Hal ini bisa terjadi, misalnya pengaruh dari carapengangkutan atau cara distribusi yang kurang baik atau terdapat pembungkus yang rusak, sehingga barang yang diterima di tingkat pengecer, kondisi fisik atau sifat dari produknya telah berubah. Jadi cara pengangkutan barang mempunyai pengaruh terhadap mutu barang.
Untuk menjaga mutu produk tetap baik harus digunakan pembungkus (packaging) yang cocok dan baik. Bila pembungkusnya “tahan banting”, biasanya kecil kemungkinan terjadi kerusakan barang.
Cara pengangkutan dari pabrik-agen-konsumen harus digunakan sistem angkutan yang cocok dan aman bagi keutuhan mutu produk.[5]
5.      Mutu dengan Perkembangan Teknologi dan Cara Pelayanan
Kembali kepada tujuan membuat barang dengan mutu yang baik adalah agar barang tersebut laku dipasar. Namun demikian bisa saja terjadi, walaupun mutu barang baik, tetapi tidak laku di pasar. Apakah sebabnya? Sebabnya bisa berbagai hal antara lain sebagai berikut:
a.       Barang tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi yang ada.
b.      Pelayanan menjual jelek, misalnya para pelayan di tingkat pengecer kurang ramah pada pembeli. Di negeri maju, pelayanan menjual merupakan sarana yang dipentingkan agar barang yang dijual dapat laku keras. Di sana para pelayan toko benar-benar sangat ramah terhadap pembeli, bahkan mereka diwajibkan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pembeli. Pembeli adalah raja!
c.       After sales service (jasa pelayanan purnajual) juga mempengaruhi mutu keseluruhan barang, artinya produk-produk tanpa pelayanan penjualan dapat dianggap produk yang tidak bermutu secara umum dan dihindari konsumen. Hal ini terutama untuk barang-barang elektronik, seperti radio, TV, kulkas, mobil, dan lain-lain. Mereka para konsumen hanya akan membeli barang, bila barang tersebut mudah diperbaiki.

D.    Studi Kasus Hubungan Mutu Dengan Biaya Produksi
Telah diterangkan di atas bahwa untuk beberapa barang manufaktur terdapat tahap-tahap proses pembuatan sejak mulai bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Terdapat hubungan antara bahan baku dan teknologi yang digunakan dengan tingkat mutu barang akhir. Ada pun mengetahuinya bahwa bahan baku yang baik tentunya harga per unitnya pun lebih mahal dibandingkan bahan baku sejenis dengan mutu yang lebih rendah. Dari segi bahan baku saja, dapat disimak bahwa harga bahan baku yang lebih mahal dapat menghasilkan mutu barang akhir yang lebih. Namun, akibatnya kita ketahui pula, bahwa barang yang bermutu baik berarti biaya bahannya pun lebih mahal pula. Hal ini berarti bahwa harga barang jadi yang mutunya baik, harga jualnya pun akan lebih mahal pula.[6]
Kasus mengenai hal itu dapat dikemukakan berikut ini:
a)      Pada perusahaan kecap (baik kecil, menengah, maupun besar) bahan baku utama yang digunakan adalah kacang kedelai, gula merah, garam, dan bumbu aroma penyedap. Bila bahan-bahan baku yang digunakan bermutu baik maka hasilnya kecap dengan mutu nomor 1 (satu). Tetapi bila bahan-bahan baku yang digunakan tersebut bermutu sedang-sedang saja, maka mutu kecapnya menjadi no. 2 (dua). Namun, bahan-bahan baku yang mutunya bagus, biasanya harganya mahal, sehingga kecap no. 1 tersebut, tentu harganya pun mahal atau lebih mahal daripada kecap dengan mutu no. 2 (dua).
b)      Jasa pangkas rambut pun bisa berbeda satu sama lain, karena fasilitas dan peralatan yang digunakan tidak sama. Jadi, harga potong rambutnya pun bisa berbeda pula. Mereka yang menggunting rambut dengan peralatan dan fasilitas lebih baik, harganya lebih mahal dibandingkan dengan tukang cukur di kaki lima misalnya. Apalagi jika tempatnya ber-AC.
Hubungan Mutu dengan Teknologi yang Digunakan
Mutu suatu produk bukan saja dipengaruhi oleh mutu bahan baku yang digunakan, tetapi juga dipengaruhi oleh proses pembuatannya. Artinya mesin untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi akan mempengaruhi mutu barang. Tentu saja teknologi (atau mesin) yang lebih mutakhir atau canggih selalu menghasilkan mutu barang yang lebih baik, dan mesin baru selalu harganya lebih mahal. Ini berarti bahwa biaya produksi pembuatan barang bersangkutan menjadi lebih mahal pula. Namun demikian, penggunaan teknologi (mesin) baru mempunyai kapasitas (daya) produksi yang lebih besar. Artinya jumlah barang jadi yang dihasilkan dapat lebih banyak pula di samping mutu barang yang dihasilkan dapat lebih baik.
Membuat adonan kue secara manual (yakni dikocok pakai tangan) lebih lama dan jumlah adonan yang dihasilkan dalam waktu yang sama lebih sedikit. Tetapi dengan menggunakan mikser (pengocok dengan tenaga listrik) selain hasil adonan lebih tercampur baik, jumlah adonan yang dihasilkannya pun lebih banyak pula.
Jadi, penggunaan mesin (teknologi) baru memberikan jumlah hasil dan mutu lebih baik, sedangkan biaya per unit menjadi lebih murah, walaupun jumlah investasi/penanaman modalnya lebih besar.

E.     Memilih Standar Mutu Eksternal
Penting untuk diingat bahwa memperoleh sebuah tanda atau standar mutu tidak berarti sudah menjamin keberadaan mutu dengan sendirinya.[7] Walaupun demikian, tanda atau standar mutu dapat menegakkan kedisiplinan, penilaian eksternal, dan proses yang jelas untuk memperoleh mutu. Tanda atau standar tersebut juga memiliki nilai publisitas potensial yang luar biasa dalam suatu ilusi dan publik umum. Sebagai pemasaran internal mutu, pesan merupakan hal yang sangat penting. Dan mendapatkan standar nasional maupun internasional, merupakan nilai tambah yang bisa dipergunakan dalam penyampaian pesan tersebut.
Hadiah Deming, Hadiah Malcolm Baldridge dan penghargaan mutu Eropa memiliki aplikasi TQM yang lebih dibandingkan BS5750/ISO 9000 dan memiliki aplikasi yang lebih umum dibandingkan standar pelatihan dan pengembangan yang ada dalam investor in People. Beberapa institusi merasa lebih tertarik memperoleh tanda piagam yang ada di dalam Piagam Citizen. Hadiah dan penghargaan tersebut bersama-sama dengan BS7850, bisa menjadi elemen yang bisa bermanfaat sebagai kriteria audit internal TQM. Dimasa mendatang beberaa institusi pendidikan akan mencurahkan perhatiannya secara serius dalam menggunakan kriteria-kriteria tersebut.


[1]Suyadi Prawirosentono, Manajemen Mutu Terpadu TQM Abad 21, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm., 11
[3]Suyadi Prawirosentono, Op. Cit., hlm., 18
[4]Ibid, hlm., 19
[5]Ibid, hlm., 20
[6]Ibid, hlm., 21
[7]Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, IRCisoD, Yogjakarta, 2010, hlm., 154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...