BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada dominasi agama. Filsafat Yunani
mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang gemilang, yaitu
melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat dikatakan bahwa
peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka
pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Maka selanjutnya
peradaban Yunani jatuh ketangan kekuasaan Romawi. Didalam masa pertumbuhan dan
perkembangan filsafat Eropa ( kira-kira selama abad 5 abad ) belum muncul para
filosof, akan tetapi setelah abad ke 6 masehi, barulah muncul para filosof yang
mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi filsafat eropa inilah yang mengawali
kelahiran filsafat abad pertengahan.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah
ini saya akan membahas tentang :
1.
Bagaimana
sejarah filsafat abad pertengahan ?
2.
Apa saja masa
pada abad pertengahan dan pemikiran tokohnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Filsafat Abad Pertengahan
Setelah filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan
hasil yang gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan
sejarah filsafat dikatakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak
peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia
di dunia. Maka selanjutnya peradaban Yunani jatuh ketangan kekuasaan Romawi.
Kekuasaan Romawi ini memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya ke daratan eropa
( Britania ), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat ikut terbawa. Setelah
filsafat Yunani terbawa ke daratan Eropa, disana mendapatkan lahan baru dalam
pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan agama Kristen, sehingga membentuk
formulasi baru. Maka muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai
penjelmaan Filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Didalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (
kira-kira selama abad 5 abad ) belum muncul para filosof, akan tetapi setelah
abad ke 6 masehi, barulah muncul para filosof yang mengadakan penyelidikan
filsafat. Jadi filsafat eropa inilah yang mengawali kelahiran filsafat abad
pertengahan.
Dengan demikian, di benua Eropa filsafat Yunani akan tumbuh dan
berkembang dalam suasana yang baru. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru
memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan yang rindang.
Filsafat Barat Abad Pertengahan ( 476-1492) juga dapat dikatakan
sebagai abad gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan gereja.
Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia,
sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Juga pada saat itu para ahli piker tidak memiliki
kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan
dengan ajaran gereja orang yang mengemukakannya mendapat hukuman berat. [1]
Sedangkan cirri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan
adalah :
1.
Cara
berfilsafatnya dipimpin gereja
2.
Berfilsafatnya
dalam lingkup pemikiran aristoteles
3.
Perkembangan filsafatnya
dipengaruhi oleh Augustinus
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa
yang penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan yang picik dan
fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengetahuan terhamabat.
Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya membimbing
umat ke arah hidup yang saleh. Tetapi disisi lain, dominasi gereja ini tanpa
memikirkan martabat kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,
keinginan dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
B.
Masa Abad
Pertengahan dan Pemikiran Tokohnya
Masa abad pertengahan ini
terbagi menjadi tiga masa yaitu : Masa Patristik, Masa Skolastik dan Masa Filsafat
Islam Timur.
1)
Masa Patristik
Istilah Patristik dari kata latin pater atau Bapak, yang artinya
para pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau ahli
piker. Dari para ahli piker ini menimbulkan beragam pemikirannya. Mereka ada
yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menolaknya.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua yaitu :
a)
Golongan yang
menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan
pemikiran orang kafir karena tidak menerima wahyu.
b)
Golongan yang
menerima filsafat Yunani mengatakan bahwa manusia itu ciptaan tuhan, maka
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati. Oleh karena itu, akal dapat
dibantu oleh wahyu. [2]
Dari perbedaan pandangan tersebut akibatnya muncul upaya untuk
membela agama Kristen, yaitu para apologis ( pembela iman Kristen ) dari
serangan filsafat Yunani. Para apologis tersebut diantaranya adalah Plotinus,
Justinus Martir, Klemens, Tertullianus, Augustinus.
a.
Plotinus
Dalam pemikirannya tentang konsep manusia dengan Tuhan maka ada
tiga realitas, yaitu :
1.
The One ( yang
Esa ), pemikiran ini dipengaruhi oleh pandangannya Pilo ( Tuhan adalah realitas
yang tidak dapat dipahami dengan sains dan logika ), maka Tuhan tida bias didekati
dengan indera dan logika, tetai Tuhan bias didekati dengan penghayatan.
2.
Realitas Nous,
pemikiran ini dipengaruhi oleh ide Plato yang berpikiran bahwa untuk menghayati
Tuhan maka dengan cara perenungan.
3.
The soul ( jiwa
), pemikiran ini yaitu dunia mempunyai jiwa satu, diluar dunia ada beberapa
jiwa kecil. Untuk mengetahui jiwa dunia dengan menggunakan energy dan dengan
bentuk-bentuk alam semesta.
b.
Justinus Martir
Menurut pendapatnya, agama Kristen bukanlah agama baru, karena
agama Kristen lebih tua dari filsafat Yunani. Kebenaran yang benar adalah Tuhan, sedangkan
kebenaran Yunani adalah kebenaran demon ( setan ). Jadi agama Kristen lebih
bermutu disbanding dengan filsafat yunani.
c.
Klemens
Ia juga termasuk pembela agama Kristen, tetapi ia tidak membenci
filsafat Yunani. Sedangkan pokok pemikirannya adalah :
-
Member
batasan-batasan terhadap agama Kristen untuk mempertahankan diri dari filsafat
yunani.
-
Memerangi ajaran
yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani
-
Bagi orang
Kristen filsafat bisa digunakan untuk memahami agama Kristen
d.
Tertullianus
Ia berpendapat bahwa hidup berpegang wahyu itu sudah cukup. Tidak
ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara pusat
agama ( Yerussalem ) dengan filsafat ( Yunani ) dan tidak ada hubungan antara
akademik dengan gereja.
Akan tetapi lama kelamaan, ia akhirnya menerima juga filsafat
Yunani sebagai cara piker yang rasional diperlukan sekali. Sehingga
Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja dan ia menerima
filsafat sebagai cara atau metode untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan
dan sifat-sifatnya.
e.
Augustinus
Augustinus ini memberikan pencerahan terhadap abad pertengahan.
Pemikirannya yaitu bahwa pemikiran manusia ada batasnya, maka manusia tidak
akan bisa mencapai kebenaran / kepastian secara mutlak / abadi, yakni berpikir
tentang Tuhan.
2)
Masa Skolastik
Istilah skoastik adalah kata sifat yang berasal dati kata school,
yang berarti sekolah. Jadi skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan
sekolah.
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa
factor , yaitu:
-
Factor Religius
Yang dimaksud dengan factor religious adalah keadaan lingkungan
saat itu yang berperikehidupan religious. Mereka beranggapan bahwa hidup di
dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem. Dunia ini bagaikan negeri
asing, dan sebagai tempat kesedihan. Sebagai dunia yng menjadi tanah airnya
adalah surga. Manusia tidak akan dapat sampai ke tanah airnya dengan kemampuan
sendiri sehingga harus ditolong. Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan
dasar pemikiran filsafatnya.
-
Factor Ilmu
pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang
diupayakan oleh biara-biara, gereja ataupun dari keluarga istana, dan
kepustakaannya diambilkan dari para penulis latin, Arab ( Islam ) dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1.
Skolastik Awal,
berlangsung dari tahun 800-1200
2.
Skolastik
puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300
3.
Skolastik
Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450
1.
Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 masehi, pemikiran filsafat Patristik
mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal
ini disebabkan karena pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi, sehingga
kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama
berabad-abad lamanya.
Baru abd ke-8 masehi, kekuasaan berada di bawah karel Agung baru
dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk
kehidupan manusia terhadap pemikiran filsafat yang kesemuanya menampakkan
adanya kebangkitan. Pada saat inilah merupakan
zaman baru bagi bangsa Eropa yang ditandai dengan skolastik yang didalamnya
banyak diupayakan ilmu pengetahuan yang dikembangkan di sekolah-sekolah.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas, Johannes Scotes eriugena,
Peter Lombard, John Salisbury, Peter Abaelardus.
a.
Peter
Abaelardus
Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam.
Pemikirannya yaitu peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau
didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat
diterima oleh akal.
2.
Skolastik
Puncak
Masa ini merupakan kejayaan masa skolastik dan masa ini juga
disebut masa berbunga. Karena masa ini ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan.
Terdapat beberapa factor mengapa pada masa skolastik mencapai pada
puncaknya, yaitu :
a)
Adanya pengaruh
aristoteles, ibnu rusyd, ibnu sina sejak abad ke-12, sehingga sampai abad ke-13
telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b)
Tahun 1200
didirikan universitas Almamater di perancis. Universitas ini merupakan gabungan
dari beberapa sekolah.
c)
Berdiri
ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.
Diantara tokohnya yaitu Thomas Aquinas, menurut pendapatnya bahwa
semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang
berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau
agar orang-orang untuk mengetahui hokum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap
dalam kepercayaan.
3.
Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga memperlihatkan stagnasi ( kemandegan
). Diantara tokohnya yaitu William Ockham, Nicolas Cusasus.
a.
William Ockham
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui
barang-barang atau kejadian-kejadian individual, dan konsep-konsep atau
kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa
kenyataan. Pemikiran yang hanya demikian ini, dapat dilalui hanya lewat
intuisi, bukan lewat logika.
b.
Nicolas Cusasus
Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu :
lewat indera, akal dan intuisi. Dengan indera kita akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita
akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian
atau tangkapan indera. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa
yang tidak dapat dipersatukan.
3)
Filsafat Islam
Timur
Banyak dikalangan muslim para teolog yang kaya dengan wawasan ilmu
dan filsafat. Diantara tokohnya yaitu al-Kindi, al-Farabi, Al-Razi, Ikwan
al-safa, Ibnu maskwaih, Ibnu Sina, Al-Gazali.
a.
Al-Kindi
Beliau adalah filosof pertama yang muncul di Islam. Menurut al-kindi
filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan
manusia, ilmu ketuhnan, ilmu keesaan, ilmu keutamaan, ilmu tentang semua yang
berguna. Jadi, tujuan filsuf bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan
bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dengan tinakan. Semakin dekat dengan kebenaran maka semakin
dekat pula dengan kesempurnaan.
b.
Al-farabi
Menurut al-farabi, tuhan mengetahui bahwa ia menjadi dasar susunan
wujud yang sebaik-baiknya. Alfarabi mengungkapkan bahwa tuhan itu esa karena
itu yang keluar darinya juga harus satu wujud. Sementara itu, menurut
al-farabi, manusia memiliki potensi untuk menerima bentuk-bentuk pengetahuan
dipahami secara universal.
c.
Ar- Razi
Filsafatnya ar-razi mengenai logika berpendapat bahwa akal adalah
suatu yang mulia dan penting, karena dengan akal kita dapat memperoleh
pengetahuan tentang tuhan, maka tidak boleh melecehkannya. Sedangkan yang
berkaitan dengan jiwa, ar-razi menjadikan jiwa sebagai salah satu alasan
pengobatan baginya. Filsafat ar-razi dikenal dengan ajaran lima kekal, yaitu
allah ta’ala, ruh universal, materi pertama, ruang absolute, masa absolute.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapatk disimpulkan :
Bahwa didalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa ( kira-kira selama abad 5 abad ) belum muncul para filosof, akan tetapi setelah abad ke 6 masehi, barulah muncul para filosof yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi filsafat eropa inilah yang mengawali kelahiran filsafat abad pertengahan.
Bahwa didalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa ( kira-kira selama abad 5 abad ) belum muncul para filosof, akan tetapi setelah abad ke 6 masehi, barulah muncul para filosof yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi filsafat eropa inilah yang mengawali kelahiran filsafat abad pertengahan.
Masa abad pertengahan terbagi menjadi tiga masa yaitu : Masa Patristik,
Masa Skolastik dan Masa Filsafat Islam Timur. Pada Masa patristic itu ada yang
menolak pemikiran Yunani dan ada yang menerimanya. Salah satu tokoh pada masa
ini yaitu Plotinus, Justinus Martir, Klemens, Tertullianus, Augustinus.
Dalam Masa Skolastik banyak dipengaruhi
oleh sekolah-sekolah yang berdiri pada masa ini. Masa Skolastik ada tiga masa
yaitu skolastik awwal, skolastik puncak dan skolastik akhir. Sedangkan filsafat
islam timur banyak sekali para ilmuan muslim yang kaya ilmu pengetahuan
[1] Muzairi,
M.Ag, Filsafat Umum, Yogyakarta, Teras, 2009, hlm.85.
[2] Drs.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, Bumi Aksara, 2005,
hlm.156.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar