Selasa, 24 Desember 2013

Aliran hellenisme romawi

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Setelah filsafat Yunani klasik mencapai puncaknya dengan munculnya Aristoteles, maka setelah Aristoteles meninggal dunia, pemikiran filsafat Yunani merosot. Karena lima abad sepeninggal Aristoteles terjadi kekosongan, sehingga tidak ada ahli piker yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya seperti Plato atau Aristoteles, sampai munculnya filosof Plotinus (204-270 SM). Menurut sejarah filsafat, masa ini (sesudah Aristoteles) disebut zaman Hellenisme.
Filsafat Hellenisme ini dimulai pada pemerintahan Alexander Agung (356-23 SM) atau Iskandar Zulkarnaen raja Mecedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis.
Hellenisme di bagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Pada fase Hellenisme Romawi, meskipun keseluruhan masa Hellenisme Romawi memiliki corak yang sama, apabila menigingat perkembagannya, maka dapat dibagi menjadi tiga masa, dan tiap-tiap masa memiliki corak tersendiri.
2.      Rumusan Masalah
Dari makalah yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian hellenisme itu?
2.      Aliran-aliran apa sajakah yang terdapat pada fase hellenisme romawi?


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Hellenisme
                  Hellenisme diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani”. Hellenisme secara klasik: yaitu kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-6 dan ke-5 SM. Hellenisme secara umum: istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil, Syiria, Metopotamia, dan mesir yang lebih tua. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander Agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM. Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi hilang. Kebudayaan yang berbeda yang ada di jaman ini melebur menjadi satu yang menumpang gagasan-gagasan agama, politik, dan ilmu pengetahuan.
                  Hellenisme di bagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi ialah fase yang datang sesudah fase Hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan Romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain pemikiran Romawi di Barat dan di Timur yang ada di Mesir dan di Siria. Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 Sebelum Masehi sampai pertengahan abad ke-6 Masehi di Bizantium dan Roma.[1]

2.      Aliran-aliran hellenisme romawi
                  Pada fase Hellenisme-Romawi, meskipun keseluruhan masa hellenisme-romawi mempunyai corak yang sama, apabila mengingat perkembangannya, maka dapat dibagi menjadi tiga masa, dan tiap-tiap masa mempunyai corak tersendiri.
                  Masa pertama, dimulai dari empat abad sebelum masehi. Aliran-aliran yang terdapat di dalamnya ialah:

1.      Aliran Stoa (Ar-Riwaqiyyah) dengan Zeno sebagai pendirinya (366-264 SM). Ia mengajarkan agar manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan (jadi tahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu.
2.      Aliran epicure, dengan epicurus sebagai pendirinya (341-271 SM). Aliran ini mengajarkan bahwa kebahagian manusia merupakan tujuan utama.
3.      Aliran skiptis (ragu-ragu), dengan Pyrrhe (360-270 SM). Aliran skeptis mengajarkan bahwa untuk sampai pada kebenarannya, manusia harus percaya dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar,  kecuali sesudah dapat dibuktikan kebenarannya. Ajaran lain ialah bahwa pengetahuan manusia adalah tidak akan sampai pada kebenaran, atau dengan perkataan lain mengingkari kebenaran mutlak (objektif).[2]
4.      Aliran eliktika-pertama (aliran seleksi), suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.[3]
                  Masa kedua, dimulai  dari pertengahan abad sebelum masehi sampai pertengahan abad ketiga masehi. Masa kedua memiliki corak dan karakter pemikiran pada tahap ini adalah upaya seleksi dan penggabungan, yaitu memilih beberapa filsafat kuno dan menggabungkan pikiran-pikiran itu pada satu pihak. Aliran ini terkenal sengan adaya ulasan-ulasan ilmiah terhadap kajian filsuf yunani. Aliran yang terdapat pada masa ini ialah:
1.      Aliran Peripateki Terakhir
2.      Aliran Stoa Baru, yaitu aliran yang melanjutkan ajaran Zeno, Cleanthes dari Asses pengganti langsung dari zeno. Setelah Cleanthes pimpinan stoa Baru diganti Crhysippus 280-207 SM. Chrysippus membuat logika menjadi fundamentatif. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah seperti suatu taman bunga dimana logika merupakan dinding pagar, ilmu fisika menjadi tanamannya dan etika menjadi buahnya.
3.      Aliran Epicure Baru
4.      Aliran Pythagoras
5.      Aliran Filsafat Yahudi dan Plato
                  Masa  ketiga, dimulai dari abad ketiga Masehi sampai pertengahan abad keenam Masehi di Bizantium dan Roma, atau  sampai pertengahan abad ketujuh atau kedelapan di Iskandariah dan timur dekat (asia kecil). Pada masa ketiga ini, kita mengenal aliran-aliran; (1) neoplatonisme; (2) iskadariyah; (3) filsafat diasia kecil, yang terdapat di antiochia, harran, ar-ruha, dan nissibis. Aliran-aliran ini merupakan kegiatan terakhir menjelang timbulnya “aliran bagdad” yaitu aliran filsafat islam.
                  Neoplatonisme dimana Plotinus sebagai tokohnya. Filsafat ini muncul kurang lebih 5 abad sesudah Aristoteles meninggal dunia. Filsafat Neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat Plato (Ide kebaikan tertinggi) dengan diberi penekanan kepada upaya pencarian pengalaman batiniah untuk menuju ke kesatuan Tuhan (Yang Esa).[4] Ajaran Plotinus berfokus pada 3 kajian yaitu Tuhan (The One), akal (Intellect), jiwa (Soul). Tuhan adalah sumber wujud emansi. Dia merupakan objek yang tak terpahami dan semua bergerak memujaNya. Tuhan dan materi adalah dua kurub utama alam semesta. Tuhan sebagai kekuatan aktif dan alam sebagai penerima pasif. Materi tidak mempunyai realitas hakiki (mumkin Al wujud) dengan sendirinya. Dan hanya ada satu prinsip tertinggi yaitu Tuhan (wajib al wujud). Tuhan adalah satu:Esa dan dia tidak terbagi-bagi.
                  Aliran Iskandariyah, mempunyai corak tersendiri yang lain dari aliran Neoplatonisme, meskipun aliran tersebut memberikan ulasan-ulasan terhadapnya. Perhatian aliran Iskandariyah lebih banyak ditujukan kepada lapangan eksakta, seperti matematik, fisika, dari pada kepada metafisika.
                    Diantara aliran-aliran filsafat dari masa ketiga, neoplanisme-lah yang paling banyak pengaruhnya terhadap filsafat islam.
                   Aliran neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir atau rangkain sebelum terakhir dari fase hellenisme-romawi, yaitu fase mengulang yang lama dan bukan fase mencipta yang baru. Neoplatonisme ini juga masih berkisar pada filsafat yunani, tasawuf timur yang meramu dari masa filsafat yunani serta menggabungkannya. Oleh karena itu, di dalamnya terdapat  ciri-ciri filsafat yunani yang kadang-kadang bertentangan agama- agama langit, yaitu agama yahudi dan agama masehi, karena dasar filsafat tersebut ialah kepercayaan rakyat yang memepercayai sumber kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, di dalam neoplatonisme terdapat unsur-unsur platoisme, Phthagoras, Aristoteles, Stoa, dan manusia, religiusitas dan keberhalaan.


[1]
[2] Filsafat yunani hal 77-79
[3] Drs. Surajiyo, lmu filsafat suatu pengantar .Jakarta:PT Bumi Aksara.  Hal 155
[4] Op.cit hal 80-81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...