Rabu, 25 Desember 2013

ILMUL QIRO'AT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
                  Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulum al-Qur’an, namun tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu,  di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari; tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya,yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan ilmu qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.
                  Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui oleh peminat ilmu qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur’an secara mendalam dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur’an merupakan salah satu kunci memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas dalam berbagai seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan berbagai macam qiraat dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini. Hal-hal inilah barangkali yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer.
                  Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan mengajarkan berbagai “cara membaca” al-Qur’an yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Para ahli qiraat  telah mencurahkan segala kemampuannya demi mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Qur’an terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak kemurnian al-Qur’an. Tulisan singkat ini akan memaparkan secara global tentang ilmu Qira’at al-Qur’an, dapat dikatakan sebagai pengenalan awal terhadap Ilmu Qira’at al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
            Secara garis besar terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.      Pengertian Qiraat.
2.      Sejarah Perkembangan Qiraat.
3.      Macam-macam Qira’atil Qur’an.
             4.       TajwiddanAdabTilawah Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN


      1.      Pengertian Qiro’at
Qiro’at menurut bahasa berupa isim masdar dari lafal Qoro’a (fiil Madhi), yang berarti“membaca” maka Qiro’at berarti bacaan atau cara membaca.  Menurut istilah Qiro’at ialah satu cara membaca Al-Qur’an yang selaras dengan kaidah bahasa arab, dan sanatnya mutawatir.[1]
Imam Az-zarqoni dalam buku Manaahilul irfan mendefinisikan Qiro’at ialah suatu cara membaca Al-Qur’an yang di pilih oleh salah seorang imam ahli Qiro’at , yang berbeda dengan cara orang lain dalam mengucapkan Al-Qur’anil karim sekalipun riwayat (Sanat) dan jalannya sama.
Imam Az-zarkasyi dalam buku Al-Burhan Fii Ulumil Qur’an mengingatkan, bahwa Al-Qiro’at ( bacaan ) itu berbeda dengan Al-Qur’an (yang di baca). Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk  menjadi keterangan dan mu’jizat. Sedangkan Qiro’at ialah perbedaan cara membaca lafal-lafal wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-hurufnya.
Jadi, qira’ah itu adalah cara membaca ayat-ayat alquran yang berupa wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’ah, berbeda dengan cara ulama lain, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan alquran yang terdapat dalam salah satu mushaf utsman.
Kitab Alquran itu diturunkan dalam tujuh bacaan atau tujuh cara membaca, yang relevan dengan bacaan (dialek) dari suku-suku bangsa arab yang ada pada waktu turunnya alquran dahulu.
Imam Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Malik meriwayatkanhadist dari Umar bin Khattab r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Rasulullah SAW bersabda: “Bahwa sesungguhnya Alquran itu diturunkan dengan tujuh macam bacaan, maka kalian bacalah dengan cara yang mudah dari cara-cara itu.” (H.R. Jama’ah).[2]

     2.      Sejarah Ilmu Qira’atil Qur’an
Pada masa hidup nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Alquran ialah memperoleh ayat-ayat  Alquran itu, dengan mendengarkan, membaca, dan menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut. Dari Nabi kepada para sahabat, dari sahabat yang satu kepada sahabat yang lain, dan dari seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain.
Pada periode pertama ini , Al-Qur’an belum di bukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya adalah masih secara lisan ( tampa tulisan ). Pedomannya adalah Nabi dan para sahabat serta orang-orang yang hafal Alqur’an.
Hal ini berlangsung terus sampai pada masa sahabat, khalifah Abu Bakar dan Umar r.a. Pada masa mereka, kitab Al-Qur’an sudah di bukukan dalam satu mushhaf. Pembukuan Al-qur’an tersebut merupakan ikhtiar Khalifah Abu Bakar ra atas inisiatif Umar bin Khattab r.a.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Alquran itu disalin dan dibuat banyak, serta dikirim ke daerah- daerah Islam yang pada waktu itu sudah menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Alquran.
Hal itu diupayakan Khalifah Utsman,karena padawaktu ada Perselisihan sesama kaum muslimin di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Alquran.  Perselisihan tersebut hampir saja menimbulkan perang saudara sesama umat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam menerima bacaan ayat-ayat Alquran karena oleh Nabi diajarkan cara bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena tidak memahami maksud tujuan Nabi yang begitu tadi, lalu tiap-tiap suku / golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan perselisihan.
Inilah pangkal perbedaan qira’ah dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu Qira’ah. Untuk memadamkan perselisihan-perselisihan itu, Khalifah Utsman mengadakan penyalinan mushaf Alquran dan mengirimkannya ke berbagai daerah, sehingga bisa mempersatukan kembali perpecahan umat Islam.

      3.      Macam – Macam Qira’atil Qur’an 
Qira’atul Qur’an itu bermacam-macam. Jika ditinjau dari banyaknya para qurra’ yang mengajarkannya, ada tiga macam, yaitu : Qira’ah sab’ah, qira’ah asyrah, dan qira’ah asyarata. Jika ditinjau dari segiriwayatnya seperti dalam hadist, ada enam macam, yaitu : Mutawatir, masyhur, shahih, syadz, maudhu’, dan mudraj. Sedang jika ditinjau dari segi nama jenisnya, ada tiga macam, yaitu : Qira’ah, thariq, dan wajah.
Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwa macam-macam qira’ah jika ditinjau dari segi banyaknya para qurra’ yang mengajarkannya, ada tiga macam yaitu :
     a)      Qira’ah sab’ah, yang qira’ahnya disandarkan kepada tujuh tokoh para qira’ah yang termasyhur. Qira’ah tersebut mulai terkenal sejak abad II H, pada masa pemerintahan Al-Makmun. Tujuh orang pakar qira’ah tersebut ialah :
     Ø  Nafi’ bin Abd Rahman ( wafat 169 H.) di Madinah.
     Ø  Ashim bin Abi Najud Al-Asady ( wafat 127 H.) di Kufah.
     Ø  Hamzah bin Habib At-Taymy ( wafat 158 H. ) di Kufah
     Ø  Ibnu Amir Al-Yashhuby ( wafat 118 H. ) di Syam.
     Ø  Abdullah Ibnu Katsir ( wafat 130 H. ) di Makkah.
     Ø  Abu Amer Ibnul Ala ( wafat 154 H. ) di Basrah.
     Ø  Abu Ali Al-Kisai ( wafat 189 H. ) di Kufah.

    b)      Qira’ah “asyrah, yang qira’ahnya didasarkan kepada sepuluh orang ahli qira’ah yang mengajarkannya. Tujuh orang dalam qira’ah sab’ah  ditambah dengan tiga oang lagi, yaitu :
     Ø  Abu Ja’far Yazid Ibnul Qa’qa Al-Qari ( wafat 130 H. ) di Madinah.
     Ø  Abu Muhammad Ya’qub bin Ishaq Al-Hadhary ( wafat 205 H. ) di Bashrah.
     Ø  Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam Al-A’masyy ( wafat 129 H. )

    c)      Qira’ah arba’a “asyrata, yang qira’ahnya disandarkan kepada 14 orang ahli qira’ah yang mengajarkannya. 14 orang ahli qira’ah tersebut ialah 10 orang ahli qira’ah “asyrah ditambah 4 orang ahli qira’ah yang lain. 4 orangitu ialah sebagai berikut :
    Ø  Hasan Al-Bashry ( wafat 110 H. ) dari Basrah.
    Ø  Ibnu Muhaish ( wafat 123 H. )
    Ø  Yahya Ibnul Mubarak Al-Yazidy ( wafat 202 H. ) dari Baghdad
    Ø  Abul  Ibnul Ahmad Asy-Syambudzy ( wafat 388 H. ) dari Baghdad.

    4.      Tajwid dan Adab Tilawah
            Abdullah bin Mas’ud adalah seorang qari’ yang memiliki suara merdu dan pandai membaca Qur’an. Bacaan (tilawah) yang baik mempunyai pengaruh tersendiri bagi pembaca dan pendengar dalam memahami makna-makna Qur’an dan menangkap rahasia kemukjizatannya, dengan khusyuk  dan rendah diri. Nabi pernah mengatakan : “Barang siapa ingin membaca Qur’an denga merdu seperti ketika diturunkan, hendaklah ia membacanya menurut bacaan Ibn Ummi ‘Abd,” yakni Ibn Mas’ud.
            Ilmu tentang Tajwidul Qur’an ini telah dibahas oleh segolongan ulama secara khusus dalam karya tersendiri, baik berupa nazam maupun prosa. Kemudian mereka mendefinisikan tajwid sebagai “memberikan kepada huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan.
            Para ulama menganggap qiraat Qur’an tapa tajwid sebagai suatu lahn. Lahn adalah kerusakan atau kesalahan yang menimpa lafaz, baik secara jaliy maupun secara khafiy. Lahn jaliy adalah kerusakan pada lafaz secara nyata sehingga dapat diketahui oleh ulama qiraat maupun lainnya, misalnya kesalahan i’rab atau saraf. Lahn khafiy adalah kerusakan pada lafaz yang hanya dapat diketahui oleh ulama qiraat dan para pengajar Qur’an yang cara bacanya deterima lagsung dari mulut para ulama qiraat dan kemudian dihafalnya dengan teliti.[3]Di anjurkan bagi orang yang membaca Qur’an memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1.      Membaca Qur’an sesudah berwudu karena ia termasuk zikir yang paling utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadas.
    2.      Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca Qur’an.
    3.      Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat.
    4.      Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.
    5.      Membaca ta’awwuz.
    6.      Membaca basmalah pada permulaan setiap surah.
   7.    Membacanya dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan terang serta memberikan kepada  setiap huruf akan haknya seperti membaca panjang dan idgam.
    8.      Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya.
9.      Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Qur’an.
   10.  Membaguskan suara saat membaca Qur’an.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah di sebutkandapat di simpulkanbahwaQiro’at ialah suatu cara membaca Al-Qur’an yang di pilih oleh salah seorang imam ahli Qiro’at , yang berbeda dengan cara orang lain dalam mengucapkan Al-Qur’anil karim sekalipun, sekalipun riwayat (Sanat) dan jalannya sama. Qira’atul Qur’an itu bermacam-macam. Jika ditinjau dari banyaknya para qurra’ yang mengajarkannya, ada tiga macam, yaitu : Qira’ah sab’ah, qira’ah asyrah, dan qira’ah asyarata. Jika ditinjau dari segiriwayatnya seperti dalam hadist, ada enam macam, yaitu : Mutawatir, masyhur, shahih, syadz, maudhu’, dan mudraj. Sedang jika ditinjau dari segi nama jenisnya, ada tiga macam, yaitu : Qira’ah, thariq, dan wajah.


[1]Prof. Dr. H Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, hal.327
[2]Ibid, p.328-329
[3] Drs. Mudzakir AS, Studiilmu-ilmuqur’an, hal.264-265

BENTUK-BENTUK MANAJEMEN

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah

Dalam ilmu ekonomi, perusahaan adalah suatu satuan ekonomi  yang bertujuan menyelenggarakan sebagian dari proses produksi masyarakat guna memperoleh laba atau penghasilan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya terdapat berbagai persoalan yang sering muncul dalam setiap perusahaan pada umumnya, yakni bagaimana perusahaan dapat mengatur mengenai bidang-bidang manejemen seperti manajemen operasional, manajemen keuangan, manjemen SDM, manajemen mutu dan manajemen pemasaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang ada.    
Masing-masing bentuk majemen semuanya memiliki peran penting bagi organisasi atau perusahaan. Meskipun cara kerja dari masing-masing manajemen ini berbeda. Tetapi pada hakekatnya semua bentuk manajemen ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengatur kebutuhan perusahaan agar perusahaan tersebut mampu mencapai tujuan yang ekonomis.

2.      Rumusan Masalah
Dari makalah yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1)      Manajemen Operasional
2)      Manajemen Keuangan
3)      Manajemen Sumber Daya Alam
4)      Manajemen Mutu
5)      Manajemen Pemasaran

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Manajemen Operasional
A.    Pengertian Manajemen Operasional
Manajemen Operasional berasal dari kata operasi yang mempunyai arti menurut Subagyo (2000:1) ialah kegiatan untuk mengubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa.
Manajemen operasional menurut Richard L. Daft ( 2006 : 216) adalah Bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
Sedangkan menurut Soentoro ali idris (2000:1) dalam bukunya cara mudah belajar Manajemen Operasi bahwa dari Perkembangan dari konsep manajemen produksi yang menyangkut masalah produksi produk riel. Jadi dari semua pendapat tentang definisi manajemen operasional dapat di simpulkan bahwa manajemen operasional ialah perubahan suatu barang atau jasa dengan cara-cara tertentu agar barang tersebut dapat lebih berguna atau menciptakan nilai guna suatu barang atau jasa.
B.     Fungsi Manajemen Operasional
a)      Fungsi Pemasaran (Marketing Function)
b)      Fungsi Keuangan (Finance Function)
c)      Fungsi Produksi atau Operasi (Operation Function)
C.     Ruang Lingkup Manajemen Operasi
a)      Perancangan atau disain sistem produksi dan operasi
a.       Seleksi dan perancangan disain produk
b.      Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
c.       Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
d.      Rancangan tata letak dan arus kerja
e.       Rancangan tugas pekerjaan
f.       Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas
b)      Pengoperasian sistem produksi dan operasi
a.       Penyusunan rencana produk dan operasi
b.      Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan
c.       Pemeliharaan mesin dan peralatan
d.      Pengendalian mutu
e.       Manajemen tenaga kerja (SDM)
D.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Operasional
a)      Manajer/Pimpinan
b)      Tingkah laku karyawan
c)      Tingkah laku kelompok kerja
d)     Faktor eksternal organisas[1]

2.      Manajemen Keuangan
A.    Definisi Manajemen Keuangan
Para ahli memiliki pandangan berbeda tentang definisi keuangan sesuai dengan masanya masing-masing. Menurut Van Horne (1997) manajemen keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengolahan aktiva. [2]
Pendapat lain mengatakan, Manajemen keuangan adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu diukur berdasarkan profit.[3]
Intinya Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan agar aktifitas bisnis yang dilakukan mencapai tujuan ekonomis.
B.     Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan dinyatakan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajer keuangan biasanya mengambil dua keputusan pokok yaitu keputusan investasi (investment) dan keputusan pendanaan.[4]
Adapun fungsi Manajemen Keuangan diataranya:
a.       Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
b.      Penganggaran Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
c.       Pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
d.      Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
e.       Penyimpanan Keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
f.       Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.
g.      Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
h.      Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi.

3.      Manajemen Sumber Daya Manusia
A.    Pengertian Manajemen SDM
Pengertian manajemen sumber daya manusia atau sering disebut dengan manajemen kepegawaian/manajemen personalia  adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber tenaga (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu  secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. Unsur dari manajemen SDM adalah manusia.[5]
B.     Pemanfaatan SDM
Pemanfaatan SDM adalah proses kegiatan pimpinan yang bermaksud mempekerjakan pegawai yang memberi prestasi cukup dan tidak mempekerjakan pegawai yang tidak bermanfaat.. Dengan demikian lingkup pemanfaatan SDM terdiri dari pemberhentian, pemensiunan, dan motivasi. Salah satu pendapat dari David Mc. Clelland dengan teorinya yang di sebut Acheivement Motivation Theory mengenai motivasi , faktor utama yang menyebabkan apakah seseorang berprestasi/tidaknya adalah ada tidaknya faktor need of achievement pada orang yang bersangkutan.[6]
Pengembangan Manajemen SDM meliputi Pelatihan/pendidikan, Rotasi   jabatan, Delegasi, Pemindahan/transfer, konferensi, Konseling.
            Manfaat dari manajemen SDM adalah
a.       Sebagai ilmu terapan, saharusnya dengan memahaminya , seseorang akan dapat mempedomani prinsip-prinsip/kebenaran  atas dasar yang dikemukakan dalam kehidupan nyata perusahaan untuk mencapai hasil tertentu .
b.       Pedoman-pedoman pokok yang terdapat dalam manajemen SDM jelas dan pasti dapat menambah pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja melalui orang lain.
c.       Mewujudkan satuan kerja yang efektif dan efesien.
d.      Dapat membantu seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga seseorang tidak menjadi seorang pengangguran.   
C.     Tujuan Manajemen SDM
a.       Tujuan sosial : agar organisasi atau perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya.
b.      Tujuan organisasional : sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
c.       tujuan fungsional : tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen SDM pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d.       Tujuan individual : tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak mencapai tujuan melalui aktivitasnya dalam organisasi.

4.      Manajemen Mutu
A.    Pengertian Manjemen Mutu
Secara Umum Definis Mutu dikemukakan oleh empat guru mutu, yaitu ;
1.      Philip B.Crosby
Mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter yang ahli.
2.      W. Edwards Deming
Mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus, seperti penerapan kaizen dI Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom.

3.       Joseph M.Juran
Mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan. Seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau pesta.
4.      K. Ishikawa
Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan.[7]
     Dari pengertian diatas dapat saya simpulkan Manajemen Mutu adalah suatu kepuasan    tersendiri yang dicapai oleh pelanggan dan pelaku Manajemen itu sendiri.
B.     Tiga unsur utama Manajemen Mutu, seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:
a.       Strategi nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/ jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya.
b.      Sistem organisasional Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan.
c.       Perbaikan kualitas berkelanjutan
C.     Manfaat Mempelajari Ilmu Manajemen Mutu
a.       Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan
b.       Jaminan Kualitas Produk dan Proses
c.       Meningkatkan Produktivitas perusahaan &“market gain”
d.      Meningkatkan motivasi, moral & kinerja karyawan
e.        Sistem terdokumentasi
D.     Tujuan Mempelajari Manajemen Mutu
Dengan Mempelajari Manajemen Mutu Saya dapat belajar bagaimana Proses Analisis suatu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian system di dalam perusahaan dimana saya akan bekerja atau di dalam keluarga saya, bahkan yang terkecil di pribadi saya agar dapat mengoptimalkan mutu SDA yang ada secara terus menerus sesuai prinsip serta ketentuan sehingga mencapai kesuksesan jangka panjang.[8]



5.      Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah kegiatan pengaturan secara optimal dari fungsi pemasaran agar kegiatan pertukaran atau penyampaian barang dari produsen ke konsumen dapat berjalan lancar dan memuaskan melalui riset pasar, promosi, pengaturan organisasi pemasaran, sistem distribusi dan bagaimana memuaskan pelanggan.[9]
Sebelum suatu produk dipasarkan terlebih dahulu di perkirakan atau di pastikan apakah produk tersebut akan laku dijual atau tidak. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan riset pasar sebelum membuat produk baru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemasaran :
a.       Riset pasar
Riset pasar yang dilakukan berbeda untuk setiap pasar. Riset pasar untuk pasar persaingan monopoli akan berbeda dengan riset pasar untuk persaingan sempurna. Maka dari itu dalam riset pasar harus benar-benar di adakan penelitian dan sedapat mungkin dihindari pengambilan keputusan yang salah.
b.      Segmentasi, targeting dan posting
a)      Segmentasi adalah proses identifikasi sekelompok konsumen homogen yang akan dilayani perusahaan.
b)      Targeting adalah pengelompokan segmen pasar ke dalam beberapa kelompok pasar yang homogen.
c)      Posting adalah memosisikan segmen pasar yang akan dilayani.
c.       Bauran pemasaran
Empat unsur penting yang diperhatikan perusahaan dalam memasarkan produknya kepada konsumen.
1.      Produk (product)
2.      Harga (price)
3.      Promosi (promotion)
4.      Distribusi atau penempatan (place)
Keempat unsur pemasaran tersebut dikenal dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix).
d.      Kepuasan pelanggan
Pelanggan harus dipenuhi kebutuhannya, pemenuhan kebutuhan ini mengacu pada kepuasan konsumen dalam jangka panjang. Kepuasan jangka panjang dapat terpenuhi dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Mutu barang : mutu yang dipasarka harus memenuhi standar mutu yang sesuai dengan keinginan konsumen.
b.      Mudah mendapatkan produk tersebut
c.       Pelayanan penjualan : jika ada kesulitan dalam penggunaannya maka konsumen harus mendapat kepastian kepada siapa hal itu dilaporkan.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah manajemen yang tugasnya mengatur secara optimal fungsi pemasaran agar kegiatan pertukaran barang dari produsen ke konsumen berjalan dengan lancar dan memuaskan.

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di sebutkan dapat di simpulkan bahwa:
1.       Manajemen operasional ialah perubahan suatu barang atau jasa dengan cara-cara tertentu agar barang tersebut dapat lebih berguna atau menciptakan nilai guna suatu barang atau jasa.
2.       Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan agar aktifitas bisnis yang dilakukan mencapai tujuan ekonomis.
3.       Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber tenaga (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu  secara efisien dan efektif.
4.       Manajemen Mutu adalah suatu kepuasan    tersendiri yang dicapai oleh pelanggan dan pelaku Manajemen itu sendiri.
5.       Manajemen Pemasaran adalah kegiatan pengaturan secara optimal dari fungsi pemasaran agar kegiatan pertukaran atau penyampaian barang dari produsen ke konsumen dapat berjalan lancar.
6.       Semua bentuk manajemen ini memiliki peranan penting bagi masing-masing perusahaan .


[1] Pandu W, Manajemen operasional, http://blog.uin-malang.ac.id/kuliah/manajemen-operasional/?repeat=w3tc, diakses 3 oktober 2013, jam 08.00 WIB
[2] Siti Amaroh, SE.MSi, Manajemen Keuangan, Kudus: Elisa.com, 2008, hal 5-6
[3] Ernie tisnawati sule dan kurniawan saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta:Kencana,2005,hal. 15
[4] Dr. Mamduh dan M. Hanafi, M.B.A, Manajemen keuangan internasional, Yogyakarta: BPFE, 2003, hal 11
[5] Dessler, Gary, (2005), Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia) edisi kesembilan jilid 2, edisi Bahasa Indonesia, Indeks, Jakarta
[6] Manullang.M. Dasar-dasar manajemen.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2000 ), hal  211-212
[7] Manullang.M. Dasar-dasar manajemen.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2000 ), hal  211-212
[8] Drs.Suyadi Prawirosentono,MBA. Surabaya : Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu.Bumi Aksara. 2002. hal.1
[9] Drs. Alam S., MM , Ekonomi, esis:2006, hal

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...