Rabu, 02 Maret 2016

MANAJEMEN MODAL KERJA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia usaha, peningkatan kegiatan usaha selalu menghadapi masalah-masalah pelik. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemimpin atau pemilik perusahaan ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan dalam perusahaan. Pimpinan perusahaan harus selalu aktif meneliti sumber-sumber dan penggunaan modal kerja agar perusahaan selalu tercukupi. Modal kerja dapat diperoleh dari hasil operasional perusahaan maupun dari luar. Kegagalan memperoleh modal kerja akan menimbulkan hambatan, meski hal itu juga turut dipengaruhi oleh faktor pengelolaan dalam meningkatkan mutu produksi dan faktor lain yang sifatnya eksternal.
Peran modal kerja sangat penting bagi setiap perusahaan, misalnya salah satu peranan modal kerja ialah menjamin kontinuitas perusahaan. Namun, pada dasarnya, modal kerja dan modal memiliki hubungan yang sangat erat. Modal, disamping kontinuitas, juga menjaga likuiditas perusahaan. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menguraikan perbedaan antara modal dan modal kerja. Uraian berikutnya, akan membahas materi yang berhubungan dengan modal kerja. Uraian akan meliputi, pembahasan mengenai pengertian modal kerja, konsep serta komponennya, klasifikasi modal kerja, jenis-jenis kebijakan, perhitungan perputaran modal, penentuan besarnya modal keja, konsep zero working capital, serta prinsip modal kerja menurut perspektif Islam.

B.     Rumusan Masalah
Dari makalah yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian modal dan modal kerja ?
2.      Apa saja konsep-konsep modal kerja dan komponennya?
3.      Apa modal kerja permanen dan variabel itu?
4.      Apa saja jenis-jenis kebijakan modal kerja ?
5.      Bagaimana perhitungan perputaran modal kerja itu?
6.      Bagaimana cara menentukan besarnya modal kerja ?
7.       Apa konsep modal kerja nol (zero working capital) ?
8.      Bagaimana prinsip modal kerja menurut perspektif islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Modal dan Modal Kerja
1.      Pengertian Modal
Sebelum pembahasan tentang modal kerja secara spesifik, terlebih dahulu perlu dilakukan penjelasan tentang modal, karena modal merupakan faktor produksi yang harus dimiliki oleh perusahaan agar aktifitasnya dapat berjalan dengan lancar. Modal dalam pengertian klasik berarti hasil produksi yang digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya. Dalam konteks ini modal diterjemahkan secara fisik (physical oriented). Pada perkembangan selanjutnya, pengertian modal mengalami pergeseran dari sifat fisik menjadi non fisik (non physical oriented). Dalam pengertian ini modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.[1]                 
2.      Pengertian Modal Kerja
Suatu analisis modal kerja adalah penting, baik bagi analisis internal maupun bagi analisis eksternal, oleh karena ada hubungan yang erat antara modal kerja dan kegiatan sehari-hari perusahaan.
Apabila pengurusan modal kerja tidak dilakukan sebagai mana mestinya, maka hal itu dapat menyebabkan kegagalan perusahaan. Ada dua definisi mengenai modal kerja:
a.       Modal kerja adalah selisih lebih antara aktiva lancar dan utang lancar.
b.      Modal kerja adalah aktiva lancar.[2]
Modal kerja (working capital) adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek yang melekat pada aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Modal kerja bersih (net working capital) adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar atau jumlah aktiva lancar di atas hutang lancar. Termasuk dalam hutang lancar adalah hutang dagang, hutang bank, hutang promis, hutang upah, hutang pajak dan hutang jangka pendek lainnya.[3]
Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari setahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital).
Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijkan modal kerja (working capital policy) menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perhatian utama dalam manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang dan persediaan serta pendanaan (terutama kewajiban lancar atau jangka pendek) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar.[4]

B.     Konsep-konsep modal kerja dan komponennya
Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu:
1.      Konsep kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital). Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang persediaan.
2.      Konsep kualitatif
Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagai aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang, hutang wasel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital).
3.      Konsep fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan masa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income.
Untuk memperoleh gambaran ketiga konsep modal kerja tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:
PT “LANCAR”
Neraca Per 31
Desember 1999 (rupiah)
Kas dan Efek                             20.000.000
Piutang Dagang                         60.000.000
Persediaan                                 80.000.000
Total Aktiva Lancar                160.000.000
Mesin                                        70.000.000
Penyusutan Mesin                   (14.000.000)
Gedung                                    120.000.000
Penyusutan Gedung                 (24.000.000)
Total Aktiva                            312.000.000
Hutang dagang                   40.000.000                                                              
Hutang wesel                      25.000.000
Hutang lainnya                   35.000.000
Total Hutang                     100.000.000
Modal Sendiri (MS):
Modal Saham                    200.000.000
Laba Ditahan                       12.000.000

Total Hutang & MS          312.000.000

Dari data di atas dapat dihitung:
1.      Modal Kerja Kuantitatif:
Kas dan Efek              Rp.   20.000.000
Piutand Dagang          Rp.   60.000.000
Persediaan                   Rp.   80.000.000
Modal kerja bruto       Rp. 160.000.000
2.      Modal Kerja Kualitatif:  
Total aktiva lancar                   Rp.   160.000.000
Total hutang lancar                 Rp.   100.000.000
Modal kerja neto                     Rp      60.000.000
Berdasarkan contoh diatas, apabila disertai informasi tentang marjin laba sebesar 25% dan surat-surat berharga (efek-efek) sebesar Rp 12.000.000 maka:[5]
3.      Modal kerja fungsional adalah terdiri dari:
a.       Modal kerja riil:
Kas                                                 Rp     8.000.000
Piutang Dagang (75%)                   Rp   45.000.000
Persediaan                                      Rp   80.000.000
Penyusutan Mesin                          Rp   14.000.000
Penyusutan Gedung                       Rp   24.000.000
       Modal Kerja Riil                     Rp 171.000.000
b.      Modal kerja potensial:
Efek-efek                                                   Rp   12.000.000
Marjin laba Piutang (25%)                         Rp   15.000.000
       Modal Kerja Potensial                        Rp   27.000.000
c.       Sedangkan yang termasuk bukan Modal Kerja dalam konsep fungsional:
Mesin                                              Rp    7.000.000
Gedung                                          Rp 120.000.000
       Bukan Modal Kerja               Rp 127.000.000

C.    Modal kerja permanen dan variabel
1.      Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-terusan diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan dalam :[6]
a.       Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b.      Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya mempunyai produksi 1000 unit maka dapat dikatakan luas produksi normalnya adalah 1000 unit. Apabila kemudian ternyata bahwa selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya disinipun berubah menjadi 2000 unit.
2.      Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
a.       Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b.      Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c.       Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
D.    Jenis-jenis kebijakan modal kerja
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu:[7]
1.      Kebijakan konservatif
Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini model kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
2.      Kebijakan agresif
Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

3.      Kebijakan moderat
Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan sumber modal yang berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).

E.     Penghitungan perputaran modal kerja
Bedasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran dari komponen-komponen (elemen-elemen) modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Perputaran kas berputarnya kas menjadi kas kembali. Seperti halnya perputaran modal, maka yang dimaksud dengan kas berputar satu kali berarti bahwa sejak kas tesebut digunakan untuk proses produksi (barang dan jasa) dan akhinya mrenjadi kas kembali. Demikian pula perputaran piutang dan persediaan, yaitu waktu yang diperlukan dari piutang atau persediaan menjadi piutang atau persediaan kembali.[8]
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki Neraca dan Laporan Laba Rugi sebagai berikut:
Perusahan “ RIZKI JAYA”
Neraca per 31 Desember 2000
(dalam ribuan rupiah)
Kas
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap


Total aktiva
   462.000
1.925.000
  2.300.000
10.437.500


15.125.000
Hutang dagang
Hutang bank
Hutang wesel
Hutang jk panjang
Modal saham
Laba ditahan
Hutang & modal sendiri
1.375.000
   437.000
        875.000
      4.500.000
      4.750.000
      3.187.000
    15.125.000

Perusahaan “RIZKI JAYA”
Laporan Laba Rugi 2000
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan                                                                             Rp 60.000.000
Harga Pokok Penjualan                                                             42.500.000  
Laba Bruto                                                                                17.500.000
Biaya Operasi                                                                              6.250.000                     
Laba Sebelum Bunga (EBIT)                                                   11.250.000
Bunga                                                                                           3.750.000
Laba Sebelum Pajak (EBT)                                                          7.500.000
Pajak 30%                                                                                    2.250.000                    
Laba Setelah Pajak (EAT)                                                    Rp  5.250.000
Dan laporan keuangan diatas dapat dihitung perputaran dari tiap elemennya:
Perputaran kas =  = 130 kali
Perputaran piutang =  = 31 kali
Perputaran persediaan =  = 18 kali
Catatan: Kas, piutang, dan persediaan dihitung rata-ratanya, namun karena tidak ada awal dan akhir maka besarnya kas, piutang dan persediaan adalah data yang tercantum pada neraca (tanpa dicari rata-ratanya).
Setelah perputaran setiap elemen modal kerja di ketahui selanjutnya dihitung periode terkaitnya elemen modal kerja dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja (diasumsikan 1 tahun= 360 hari).
Periode terikatnya.modal kerja adalah sebagai berikut:
Kas                        = 360/130 =   3 hari
Piutang                  = 360/31   = 12 hari
Persediaan             = 360/18   = 20 hari
Jumlah                                    = 35 hari
Dengan demikian Periode terikatnya.modal kerja secara keseluruhan adalah 35 hari, sehingga perputaran modal kerja adalah 360/35 x 1kali = 10 kali. Apabila pada tahun 2000 perusahaan diperkirakan akan mampu menjual produknya seharga Rp75.000.000, maka kebutuhan modal kerjanya = Rp 75.000.000/10= Rp7.500.000.

F.     Penentuan besarnya modal
Besarnya modal kerja baik bersifat permanen ataupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yaang tidak direncanakan dengan baik mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai dengan kebijakan yang ada.[9]
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada 2 faktor yaitu:
1.      Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2.      Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah makin besar.
Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun makin besar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah digudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi disimpan digudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Sedangkan pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan di mana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerjanya tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan denga periode perputarannya.
Contoh: Sebuah perusahaan memiliki data mengenai modal kerja sebagai berikut:
Periode perputaran:
Lamanya proses produksi                                    =  3 hari
Lamanya barang disimpan dalam gudang           =  8 hari
Lamanya waktu peneriman piutang                     =15 hari
Periode perputaran modal kerja                           = 26 hari
Pengeluaran setiap harinya          
Bahan mentah                                                      = Rp 350.000,-
Bahan pendukung                                                = Rp 150.000,-
Upah tenaga kerja                                                = Rp 250.000,-
Pengeluaran lain-lain                                            = Rp 115.000,-
Total pengeluaran harian                                      = Rp 865.000,-
Jadi jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivits perusahan adalah sebesar 26 hari x Rp 865.000,- = Rp 22.490.000,- untuk setiap bulannya.
Jika ada ketentuan jumlah kas minimal yang harus disediakan misalnyaa sebesar Rp 500.000,- maka besar modal kerja yang harus disediakan adalah sebesar Rp 22.490.000,- + Rp 500.000,- = Rp 22.990.000.[10]

G.    Konsep modal kerja nol (zero working capital)
Modal kerja merupakan komponen yang harus ditangani secara hati-hati. Karakteristik yang demikian membuat munculnya suatu konsep yang diajukan oleh para analisis financial dengan nama Zero Working Capital.
Pendukung konsep modal kerja nol menyatakan  bahwa suatu gerakan ke arah sasaran ini tidak hanya menghasilkan uang kas, tetapi juga mempercepat produksi dan membantu perusahaan melakukan penyerahan lebih tepat waktu dan beroperasi secara lebih efisien. Modal kerja = persediaan + piutang – utang. Pengelolaan aktiva lancar salah satunya menggunakan konsep modal kerja nol. Konsep tersebut adalah:
Persediaan dan piutang usaha adalah kunci untuk mengadakan penjualan, tetapi persediaan dapat dibiayai oleh pemasok melalui utang usaha.
Faktor yang paling penting dalam konsep modal kerja nol adalah meningkatkan kecepatan. Mencapai modal kerja nol mengharuskan setiap pesanan dan bagian produk bergerak pada kecepatan maksimum, yang umumnya berarti mengganti kertas dengan data elektronik.

H.    Prinsip modal kerja menurut perspektif Islam
Pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk mebiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasakan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja syariah maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara kesuluruhan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis pemberian pembiayaan antara lain adalah; jenis usaha, skala usaha, tingkat kesulitan usaha yang dijalankan dan karakter transaksi dalam sektor  usaha yang akan dibiayai. Adapun akad-akad yang dapat digunakan dalam proyek ini antara lain : (1) Mudharabah, (2) istishna, (3)  salam, (4) Murabahah, dan (5) ijarah.
1.      Mudharabah
Mudharabah adalah Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul mal) menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
2.      Murabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Apabila barang jadi tersebut dijual dengan kredit, maka akan berubah menjadi piutang, dan melalui proses collection akan berubah menjadi kas kembali. Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta biaya-biaya lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku, sampai terjualnya hasil produksi, dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash).


3.      Istishna’
Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya pro-duksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di muka secara bertahap, sesuai dengan tahap-tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan kualitas work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa bahan jadi. Dengan demikian, kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang telah diperjanjikan. Bila produksi gagal, pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagi ataupun dengan cara membeli dari pihak lain.
Dengan adanya pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada pihak pem-beli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa istishna’ paralel atau istishna’wal murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi istishna’ wal ijarah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (istishna’) dengan harga jual (murabahah atau dari hasil sewa (ijarah).
4.      Salam
Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran di muka secara sekaligus, dan nasabah berkewajiban men-deliver barang tersebut pada tanggal yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan bank dapat mencari pembeli atas produk tersebut. Kombinasi ini disebut salam paralel.
5.      Ijarah
Ijarah adalah akad perpindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Modal dalam pengertian klasik berarti hasil produksi yang digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya. Dalam konteks ini modal diterjemahkan secara fisik. Sementara modal kerja (working capital) adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek yang melekat pada aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan
2.       Konsep-Konsep Modal Kerja meliputi : kuantitatif, kualitatif dan fungsional
3.      Klasifikasi modal kerja ada 2, yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel
4.       Jenis-jenis kebijakan modal kerja adalah: konservatif, agresif dan moderat
5.      Perhitungan perputaran modal kerja, makin pendek periodenya berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
6.      Penentuan besarnya modal kerja menggunakan metode keterikatan data dan metode perputaran modal kerja.
7.      Konsep modal kerja nol bahwa suatu gerakan ke arah sasaran ini tidak hanya menghasilkan uang kas, tetapi juga mempercepat produksi dan membantu perusahaan melakukan penyerahan lebih tepat waktu dan beroperasi secara lebih efisien.
8.      Prinsip modal kerja menurut perspektif Islam ada lima yaitu mudharabah, murabahah, istisna’, salam dan ijarah.

B.     Saran
Demikian makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang mendukung senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.







DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal. 1995. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:RINEKA
CIPTA.
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:BPFE.
Martono dan Agus Harjito. 2001. Manajemen Keuangan.  Yogyakarta : EKONISIA.
Siti Amaroh. 2010. Manajemen Keuagan. Kudus:STAIN Kudus.
Zulian Yamit. 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:EKONISIA.


[1] Siti Amaroh, Manajemen Keuagan,  Kudus, STAIN Kudus, 2010,  hlm., 45
[2] Amin Widjaja Tunggal, Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, RINEKA CIPTA, 1995, hlm., 90
[3] Zulian Yamit, Manajemen Keuangan, Yogyakarta, EKONISIA, 2001, hlm., 123
[4] Martono dan Agus Harjito , Manajemen Keuangan,  Yogyakarta, EKONISIA, 2001, hlm., 72
[5] Ibid, hlm., 73-74
[6] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  Yogyakarta, BPFE, 2001, hlm., 61
[7] Martono dan Agus Harjito,  Op. Cit., hlm., 76-78
[8] Siti Amaroh, Op. Cit., hlm., 55-57
[9] Bambang Riyanto, Op. Cit., hlm., 64-65
[10] Siti Amaroh, Op. Cit., hlm., 54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puncak Natas Angin; Puncak dengan Jalur yang istimewa

Setelah beberapa lama merindukan angin malam diatas ketinggian, kali ini aku punya kesempatan untuk menakhlukan Puncak Natas angin bersama ...